Pada tahun 2020, Korea Selatan mengumumkan rudal balistik jarak pendek (SRBM) Hyunmoo-4 yang baru dapat membawa hulu ledak 2 ton, sementara pada bulan Maret Korea Utara menguji SRBM yang dikatakan dapat mengirimkan muatan 2,5 ton. Hyunmoo-4 adalah rudal terbesar Korea Selatan.
"Menyusul penghentian pedoman, kami akan melakukan pencegahan terhadap potensi ancaman dan meningkatkan kemampuan serangan terhadap target utama," kata pernyataan kementerian pertahanan Korsel.
Baca Juga:
China Ancam Serbu Taiwan, Dampaknya Bisa Lebih Dahsyat dari Perang di Ukraina
Secara keseluruhan, cetak biru pertahanan Korea Selatan menyerukan pengeluaran 315,2 triliun won (US$273 Miliar/Rp. 3.822 Triliun) dalam lima tahun ke depan, pertahun meningkat rata-rata 5,8 persen, karena terus meningkatkan pertahanannya di tengah ancaman dari Pyongyang.
Pada hari Jumat, sebuah laporan Badan Energi Atom Internasional mengatakan telah mendeteksi indikasi "sangat meresahkan" bahwa reaktor nuklir utama di kompleks utama Yongbyon Korea Utara telah beroperasi sejak Juli.
Baca Juga:
Nuklir Hipersonik Baru Korea Utara 5 Kali Kecepatan Suara, Bisa Hantam Pangkalan AS Dalam Hitungan Menit
Kementerian pertahanan Korea Selatan mengatakan bahwa untuk "menghentikan provokasi dari jarak jauh", negara itu akan "secara tajam meningkatkan jumlah pencegat yang menargetkan rudal jarak menengah dan jarak jauh," karena berusaha untuk mengembangkan sistem pencegatnya sendiri, menyerupai Kubah Besi Israel.
Untuk lebih mudah mendeteksi ancaman semacam itu di Semenanjung Korea, militer akan mengerahkan sistem radar peringatan dini rudal tambahan dan memperkuat kemampuan pengawasannya, katanya.