"Amerika Serikat tidak pernah mengalami default, tidak sekalipun," imbuhnya.
"Jika terjadi default, maka akan memicu krisis finansial yang bersejarah. Default bisa memicu kenaikan tajam suku bunga, penurunan tajam bursa saham, dan gejolak finansial lainnya," tegas Yellen.
Baca Juga:
Pidato di Sidang Umum PBB, Dubes Korut: Tak Ada yang Bisa Larang Kami Uji Senjata
Meski AS terancam mengalami shutdown hingga risiko default, tetapi Partai Republik menolak mendukung kenaikan batas utang tersebut.
Senator Partai Republik dari Lousiana, Bill Casssidy, mengatakan, Partai Demokrat ingin menaikkan batas utang tersebut untuk membiayai rencana proyek triliunan dolar AS yang disebut “Democrat wish list".
Adapun shutdown di AS juga pernah terjadi berkali-kali.
Baca Juga:
Lagi, Diplomat RI Bungkam PM Vanuatu Gegara Isukan Pelanggaran HAM Papua Barat
Sebelumnya, isu kenaikan plafon utang terjadi di era Presiden AS ke-45, Donald Trump.
Saat itu, pemerintahan AS mengalami shutdown selama 35 hari pada periode Desember 2018 hingga Januari 2019.
Shutdown tersebut menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS.