Retorika Trump tentang "invasi kriminal" dari para pemerkosa dan pembunuh telah lama menjadi bahan kampanye utamanya. Ia telah mengerahkan pasukan ke perbatasan Meksiko, mengenakan tarif kepada Meksiko dan Kanada, serta menetapkan geng seperti Tren de Aragua dan MS-13 sebagai kelompok teroris.
Namun, kebijakan keras itu kini memunculkan kisah-kisah menyedihkan. Beberapa pengacara mengungkapkan bahwa klien mereka dideportasi hanya karena memiliki tato.
Baca Juga:
Hinca Pandjaitan: MA Menyelamatkan Ratusan Triliun, Tapi Eksekusinya Minim
Kasus paling menonjol melibatkan Kilmar Abrego Garcia, warga Maryland, yang dideportasi ke CECOT bulan lalu. Pemerintah kemudian mengakui bahwa deportasi itu adalah "kesalahan administratif".
Namun, alih-alih memperbaiki kesalahan, Trump justru menggandakan narasi bahwa Garcia adalah anggota geng, bahkan mengunggah foto yang diduga telah diedit dengan tulisan MS-13 di buku jarinya.
Trump juga pernah mengatakan terbuka untuk mengirim warga negara AS yang dihukum karena kejahatan kekerasan ke penjara El Salvador tersebut. Sementara itu, influencer sayap kanan seperti Laura Loomer memuji kebijakan Trump, menyebut presiden "murah hati" karena hanya mendeportasi para migran ilegal alih-alih "menembak mereka mati di perbatasan".
Baca Juga:
Kasasi Ditolak MA, Eks Mentan Syahrul Yasin Limpo Tetap Dibui 12 Tahun
Kritik terus mengalir. Hakim-hakim yang dianggap "terlalu aktivis" oleh Trump dan sekutunya kembali jadi sasaran serangan. Menanggapi perintah Mahkamah Agung yang membekukan deportasi, Jesse Kelly, influencer konservatif lainnya, hanya menulis di media sosial: "Ignore the Supreme Court."
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.