WahanaNews.co | Pesawat Qantas Airlines tujuan Filipina terpaksa harus putar balik ke Sydney, Australia gara-gara mati listrik sehingga otoritas Filipina menutup wilayah udara negara tersebut.
Sekretaris Departemen Transportasi Filipina, Jaime Bautista menyebutkan pemadaman listrik membuat hilangnya komunikasi untuk radio, radar dan internet, dan pusat manajemen lalu lintas udara.
Baca Juga:
Israel Meretas Menara Kendali Bandara Internasional Beirut, Keluarkan Ancaman
"Masalah sekunder adalah lonjakan listrik akibat pemadaman listrik yang berdampak pada peralatan," katanya melansir dari news.com.au, Selasa (3/01/2022).
Penutupan wilayah udara terjadi selama lima jam yang menyebabkan pembatalan penerbangan atau pengalihan mendarat ke Bandara Hong Kong atau Bangkok. Hal tersebut berdampak pada lebih dari 360 penerbangan atau sedikitnya ada 56 ribu penumpang yang terjebak dalam kekacauan penerbangan ke Manila.
Penerbangan QF18 rute Ausralia - Manila berangkat pada pukul 12.39 siang waktu setempat pada hari tahun baru. Tetapi, tiga jam kemudian pilot mengumumkan bahwa mereka harus berbalik arah.
Baca Juga:
Kesalahan Fatal Qantas, Tiket Kelas Satu Dibandrol dengan Diskon 85%
"Semua maskapai dilarang mendarat di Manila pada Minggu sore karena otoritas lokal menutup wilayah udara setempat. Ini berarti penerbangan kami dari Sydney harus berbalik arah," kata juru bicara Qantas.
Otoritas Bandara Internasional Manila mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sistem tersebut telah dipulihkan sebagian, memungkinkan untuk operasi penerbangan terbatas. Hal ini menyebabkan puluhan ribu turis asing kecewa. Bautista pun meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami penumpang.
Bautista menjelaskan insiden tersebut aibat sistem yang sudah usang. Peralatan itu, kata dia, sudah usang harus segera ditingkatkan dan diperlukan cadangan untuk menunjang sistem tersebut jika mengalami hal yang mendadak.
"Ini adalah masalah sistem manajemen lalu lintas udara," katanya dikutip dari The Guardian.
Dia menambahkan, "Jika Anda membandingkan kami dengan Singapura, misalnya, ada perbedaan besar, mereka setidaknya 10 tahun di depan kami."
Akun Twitter @flightradar24 menunjukkan gambar radar penerbangan ramainya pesawat yang ingin mendarat di Bandara Manila. "53 persen penerbangan di Bandara Filipina dibatalkan hari ini," jelas akun tersebut pukul 11 siang. Pihaknya juga menjelaskan bahwa terdapat penambahan jarak antar-pesawat dan pengurangan tingkat kedatangan di Manila.
Pukul 11.54 siang, selanjutnya tidak terlihat pesawat yang melintas di kawasan Filipina. "Tidak ada pesawat komersial di Filipina (Manila FIR)," tulis akun @flightradar24. Namun, menjelang Minggu malam, bandara Manila telah beroperasi normal. Pesawat Qantas yang mendarat kembali di Sydney akhirnya diterbangkan lagi ke Manila setelah pengisian ulang bahan bakar pada Minggu malam.
Beberapa penumpang Qantas Airlines mengungkapkan kekecewaaannya di media sosial. Salah satunya adalah pengusaha asal Filipina, Manuel Pangilinan. Pengusaha yang dikenal dengan nama Manny tersebut sudah setengah perjalanan ke Bandara Internasional Ninoy Aquino Filipina dan 'diberi tahu radar dan fasilitas navigasi tidak berfungsi' sehingga harus kembali ke Bandara Haneda, Tokyo.
"Enam jam penerbangan yang sia-sia tetapi ketidaknyamanan bagi para pelancong dan kerugian bagi pariwisata dan bisnis sangat menghebohkan. Hanya di Filipina," cuitnya di Twitter.
"Tidak tidur, sangat lelah. Tidak yakin apakah kami bisa mendapatkan kursi di penerbangan berikutnya ke tempat yang akan kami tuju," kata warganet lain.
"Penerbangan pertama tahun 2023 tidak berjalan sesuai rencana. Empat jam di dalam pesawat hanya untuk turun (di tempat yang sama)," tulis pengguna ketiga.
Selain itu, terdapat klip video dan foto yang diunggah di media sosial yang menunjukkan antrean panjang di bandara dan personel maskapai membagikan paket makanan dan minuman kepada penumpang yang terdampar.
Sebelumnya pada Selasa, 27 Desember 2022, pesawat Jetstar putar balik ke Melbourne, Australia, setelah Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali tidak mengizinkan mendarat.
Terkait hal ini, Jetstar mengonfirmasi insiden itu terjadi karena adanya miskomunikasi internal lantaran maskapai gagal memenuhi persyaratan yang diminta otoritas Indonesia setelah mengganti pesawat.
Pilot pun baru diberitahu bahwa pendaratan mereka tak diperbolehkan di tengah perjalanan di udara.
"Kami menukar pesawat yang melayani rute Melbourne ke Bali kemarin dengan pesawat Boeing 787 yang berukuran lebih besar untuk mengangkut lebih banyak penumpang selama musim liburan," demikian penjelasan seorang juru bicara Jetstar pada Rabu pagi, 28 Desember 2022.
General Manager PT. Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Handy Heryudhitiawan mengamini penjelasan Jetstar. Ia mengatakan bahwa penerbangan Jetstar Airways JQ035 memutuskan kembali karena ada persyaratan yang belum dipenuhi internal maskapai untuk dapat melanjutkan penerbangan ke Indonesia.
"Koordinasi dengan manajemen Jetstar, solusinya adalah sebagian penumpang dialihkan ke penerbangan Virgin Australia dan Qantas di malam tersebut, sebagian ada yang bermalam di hotel dengan tanggungan Jetstar." [eta]