Ia menambahkan bahwa Israel tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Pakistan, dan “posisinya di dunia Muslim sudah termasuk yang terendah dibandingkan dengan negara lain mana pun.”
Birvadker juga memperingatkan akan munculnya narasi ekstrem dari kelompok radikal yang dapat memanfaatkan situasi ini dengan menyandingkan aksi India dan dukungan Israel sebagai bentuk "genosida" atau "pendudukan".
Baca Juga:
Blokade Gaza Dinilai Mirip Holocaust, HNW Serukan Tindakan Konkret dari Uni Eropa
Narasi semacam itu sudah lama hidup di wilayah Kashmir, di mana teori konspirasi menyebutkan kolaborasi antara “Hinduisme dan Yudaisme untuk melenyapkan Islam,” yang dalam istilah populer dikenal dengan “Yahud-o-Hanudki sazish” atau konspirasi Yahudi-Hindu.
Secara global, perhatian kini tertuju pada isu penjualan senjata ke wilayah konflik.
Birvadker memperkirakan bahwa pengawasan internasional terhadap penjualan teknologi militer canggih ke negara-negara yang terlibat konflik seperti India dan Pakistan akan semakin ketat.
Baca Juga:
Qatar-Gate Bikin Heboh, Pengusaha Israel Rekam Transfer Dana untuk Netanyahu
Ia mengatakan bahwa tekanan terhadap perusahaan pertahanan dan pemerintah mungkin akan meningkat, terutama dalam pembenaran penggunaan senjata presisi dan perangkat pengawasan di daerah rawan konflik.
Meski begitu, Birvadker melihat bahwa kemitraan pertahanan antara India dan Israel akan tetap kuat.
“Aliansi yang kuat bertahan bahkan di masa-masa sulit dan di bawah tekanan, dan saya yakin hubungan India-Israel adalah contoh utama dari hal itu,” tegasnya.