WahanaNews.co, Jakarta - Negara-negara Arab menolak pembentukan pasukan perdamaian internasional untuk Jalur Gaza saat agresi Israel ke Palestina kian brutal.
Penolakan itu muncul ketika para pemimpin negara Arab hadir di Forum Doha, Qatar, pada 10-11 Desember.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
"Tak seorang pun dari wilayah ini [Teluk] akan menerima untuk mengerahkan pasukan [mengikuti] tank Israel. Ini tak bisa diterima," kata Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, dikutip New Arab, Rabu (13/12).
Al Thani juga menentang kekuatan internasional di Gaza dalam kondisi saat ini.
"Kita tak boleh selalu membicarakan warga Palestina seolah mereka butuh penjaga," lanjut dia.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Rakyat Palestina diwakili Otoritas Palestina yang hanya menguasai sebagian Tepi Barat. Sementara itu, Jalur Gaza dikuasai kelompok perlawanan Hamas.
Otoritas Palestina dan Hamas kerap bersaing dan berselisih, terutama soal kemerdekaan Palestina.
Meski demikian, Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyed mengatakan Hamas tidak boleh dihapus.
Ia menegaskan bahwa Hamas "merupakan bagian integral dari mosaik politik Palestina."
Sementara itu, Al Thani membeberkan kebrutalan Israel "mempersempit peluang" gencatan senjata.
"Ada tanggung jawab bersama di kita semua untuk menghentikan pembunuhan ini, untuk kembali ke meja perundingan guna menemukan solusi jangka panjang," kata dia.
Israel melancarkan agresi ke Palestina dan mendeklarasikan perang ke Hamas pada 7 Oktober. Hari-hari setelah itu, mereka menyerang warga dan objek sipil seperti rumah sakit hingga kamp pengungsian.
Kedua pihak itu sempat gencatan senjata pada 24 November dan diperpanjang dua kali hingga berakhir pada 30 November.
Saat gencatan senjata berakhir, Israel menggempur habis-habisan Gaza. Hingga kini total korban meninggal akibat serangan mereka mencapai 18.000.
[Redaktur: Sandy]