Sebelumnya, mediator dari Mesir dan Qatar yang berusaha menengahi antara Israel dan Hamas berupaya memperbarui gencatan senjata setelah terjadi pertempuran kembali.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu-yang menghadapi tekanan dari keluarga sandera yang masih ditahan oleh Hamas untuk melakukan deeskalasi dan melakukan negosiasi untuk pembebasan lebih banyak tawanan-mengatakan bahwa ia memerintahkan perunding Israel dari dinas intelijen Mossad untuk meninggalkan pembicaraan karena menurutnya perundingan telah mencapai kebuntuan.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Sementara itu, para pejabat Arab yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan perundingan berlanjut pada hari Sabtu.
Namun, pasukan Israel kembali melancarkan serangan militer di Jalur Gaza.
Militer Israel menyatakan bahwa angkatan udara, angkatan laut dan darat terlibat dalam serangan militer tersebut.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
Disebutkan bahwa jet-jet tempur juga menggempur "lebih dari 50 target dalam serangan ekstensif di wilayah Khan Yunis" di selatan wilayah Gaza.
Sementara itu, otoritas Hamas di Jalur Gaza mengatakan pada hari Sabtu bahwa 240 orang telah tewas akibat serangan Israel di wilayah Palestina tersebut, sejak gencatan senjata berakhir pada hari Jumat (1/12).
Sebanyak 650 orang lainnya terluka dalam "ratusan serangan udara, artileri dan bombardir angkatan laut, di mana-mana di Jalur Gaza", kata Hamas dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya dan AFP, Sabtu (2/12/2023).