Sejak awal, Paus Fransiskus telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam mereformasi struktur dan praktik keuangan di Vatikan. Ia mengecam keras budaya upah tinggi dan privilese finansial di dalam tubuh gereja.
Salah satu langkah nyatanya adalah merombak sistem gaji untuk pejabat tinggi gereja, termasuk para kardinal, dan secara khusus, menegaskan bahwa dirinya tidak akan menerima gaji apa pun.
Baca Juga:
Tiga Kardinal Dijagokan Jadi Paus Baru: Dari Italia, Filipina, hingga Ghana
Alih-alih menikmati gaji resmi, ia mengelola kekayaannya dalam bentuk amanah dan kontribusi sosial. Dana yang seharusnya ia terima disalurkan untuk membiayai program-program sosial gereja atau kegiatan filantropi yang dekat dengan misinya.
Walaupun demikian, berdasarkan estimasi media internasional, kekayaan bersih Paus Fransiskus tetap mencapai sekitar USD 16 juta atau Rp265 miliar.
Nilai tersebut mencakup berbagai aset yang melekat pada jabatannya sebagai Paus, bukan akumulasi kekayaan pribadi hasil konsumsi mewah.
Baca Juga:
Gaya Hidup Sederhana Paus Fransiskus hingga Akhir Hayatnya
Komentar hangat datang dari Dr. Thomas Reese, pakar Vatikan dan peneliti senior di Religion and Public Life Program di Georgetown University, Amerika Serikat.
“Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin spiritual. Ia adalah hati nurani dunia yang hidup di tengah sistem kekuasaan yang sering kali membutakan. Dengan menolak gaji, ia mengirim pesan bahwa pelayanan sejati tidak bisa dibayar dengan uang, tetapi ditegakkan oleh moral dan integritas,” kata Dr. Reese dalam wawancara dengan NCR Online.
Sementara itu, Sister Helen Prejean, aktivis keadilan sosial asal AS, menyebut warisan Paus Fransiskus sebagai contoh nyata dari kepemimpinan yang membumi.