Penembakan massal adalah momok berulang di Amerika Serikat, yang hak memiliki senjata warganya dijamin oleh konstitusi.
Upaya untuk mengatur penjualan senjata bagi warga sipil sering dihadang di Kongres, terutama oleh lobi senjata yang kuat dan berpengaruh, yaitu the National Rifle Association atau Asosiasi Senapan Nasional.
Baca Juga:
Polisi Dalami Senpi Milik Pelaku Pembunuhan Remaja di Hotel Jaksel
Pada 14 Desember 2012, seorang pemuda bersenjatakan senapan serbu AR-15 membunuh 26 orang termasuk 20 anak-anak di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut.
AR-15 juga digunakan dalam serangan Las Vegas tahun 2017 yang menewaskan 58 orang. Serangan itu menjadikannya penembakan paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat baru-baru ini.
Selain itu, AR-15 juga digunakan pada penembakan di Parkland High School Florida yang menewaskan 17 orang tahun 2018.
Baca Juga:
Senjata Rakitan Ditemukan Dekat Lokasi Penemuan Mayat di Kalimantan Barat
“Pertama kali melihat, ini tampak seperti sebuah lelucon yang menjijikkan. Pada pandangan kedua, itu menjadi benar-benar menjijikkan,” kata Josh Sugarmann, direktur eksekutif Violence Policy Centre, yang berusaha mengekang kekerasan senjata.
Empat pita hitam ditalikan di pagara SMA Oxford, Michigan, AS untuk menghormati empat korban penembakan sekolah pada 7 Desember 2021 lalu. Maraknya penembakan sekolah di AS membuat pemerintah dituntut lebih ketat mengatur kepemilikan senjata api.
Newtown Action Alliance, sebuah kelompok yang juga mendorong pembatasan senjata api, mengutuk lobi senjata dan produsen senjata yang, katanya, "Akan melakukan apa saja untuk mengejar keuntungan berkelanjutan".