WahanaNews.co | Penjabat pemimpin pemerintahan sipil paralel Myanmar berjanji
untuk mengupayakan "revolusi" demi menggulingkan pemerintahan
militer.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Sabtu (13/3/2021), penjabat itu mengatakan situasi saat ini merupakan
"momen tergelap bangsa" karena beberapa pengunjuk rasa tewas.
Baca Juga:
Bertahan di Rakhine, Etnis Rohingya Seolah Hidup Tanpa Harapan
Mahn Win Khaing Than, yang bersembunyi
bersama sebagian besar pejabat senior dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi
(NLD) yang berkuasa, berbicara kepada publik untuk pertama kalinya pada hari
Sabtu (13/3/2021), melalui Facebook.
"Ini saat tergelap bangsa dan saat
fajar sudah dekat," katanya.
Pada Sabtu (13/3/2021), sedikitnya enam orang tewas dalam salah satu hari paling
berdarah sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan sebagian besar pemimpin
sipil, termasuk Aung San Suu Kyi.
Baca Juga:
Aung San Suu Kyi Divonis 6 Tahun Penjara
Empat kematian dilaporkan di Mandalay,
kota terbesar kedua di negara itu, dan dua orang di Pyay, sebuah kota di
Myanmar tengah-selatan.
Secara keseluruhan, menurut kelompok
advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 70 orang
telah tewas di Myanmar dalam protes yang meluas terhadap militer.
Angka tersebut telah didukung oleh
pakar hak asasi manusia independen PBB untuk Myanmar, Tom Andrews.