"(Dewan Syura) seluruhnya laki-laki bukanlah visi Qatar," kata Aisha Hamam al-Jasim, 59, seorang manajer keperawatan yang berkampanye di distrik Markhiya Doha.
Aisha mendesak perempuan Qatar untuk mulai "menyuarakan apa yang mereka yakini" dan memilih kandidat perempuan yang kuat di masa depan.
Baca Juga:
Tuding Doha Danai Hamas, Netanyahu Klaim Serangan Israel di Qatar Sah
"Untuk pertama kalinya di Qatar, ini adalah kesempatan untuk mengambil bagian dalam politik," katanya ketika orang-orang berdatangan ke tempat pemungutan suara pada hari Sabtu, (02/10/2021)
Aisha, seperti sesama kandidat perempuan lainnya, mengatakan dia bertemu dengan beberapa pria yang berpikir bahwa perempuan tidak boleh mencalonkan diri.
Menyoroti keterampilan administrasinya, Aisha pada kampanyenya berfokus pada prioritas kebijakan seperti kesehatan, pekerjaan bagi kaum muda, dan pensiun.
Baca Juga:
Ternyata Trump Tahu Serangan Israel ke Doha, Tapi Tak Hentikan Gempuran Mematikan
"Saya hanya mengatakan: saya kuat, saya mampu. Saya melihat diri saya sebagai laki-laki. Jika Anda ingin melihat saya lemah, itu terserah Anda, tetapi saya tidak lemah," katanya dalam tempat pemungutan suara di mana pria dan perempuan memiliki pintu masuk terpisah.
Qatar memperkenalkan reformasi hak-hak perempuan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk mengizinkan perempuan untuk mendapatkan SIM secara mandiri.
Qatar dikritik oleh kelompok-kelompok hak asasi untuk masalah-masalah seperti sistem perwalian, di mana seorang perempuan memerlukan izin laki-laki untuk menikah, bepergian, dan mengakses layanan kesehatan reproduksi.