WahanaNews.co | Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), menyatakan keinginannya untuk mendekati Israel.
MBS bahkan menyebut Israel sebagai sekutu potensial dalam banyak kepentingan.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
"Kami tidak melihat Israel sebagai musuh, kami melihat mereka sebagai sekutu potensial dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama," kata MBS dalam sebuah wawancara kepada The Atlantic.
"Akan tetapi, kami harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum mencapai itu," sambungnya.
Kendati demikian, MBS tetap menaruh harapan besar terkait konflik Palestina-Israel agar bisa segera diselesaikan.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Sikap MBS itu menambah daftar panjang negara Arab yang jatuh ke pelukan Israel.
Normalisasi hubungan negara Arab dengan Israel dimulai dari Uni Emirat Arab pada 13 Agustus 2020 dan disusul Bahrain pada 15 September 2020.
Bagi Pangeran UEA Muhammed bin Zayed, perjanjian damai itu akan menjadi mercusuar bagi pencinta perdamaian dan memungkinkannya untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
Sementara Bahrain memiliki alasan tersendiri terkait normalisasi hubungan dengan Israel.
Satu di antara alasan mereka adalah untuk membeli "jaminan" dari Israel dan AS karena khawatir tentang Iran, menurut catatan Australian Strategic Policy Institute.
Dengan keterlibatan militer AS pada setiap lini konflik Timur Tengah, negara Teluk semakin menganggap Israel sebagai pelindung mereka dari Iran.
Setelah dua negara Teluk tersebut, dua negara Arab lain yang jatuh ke pelukan Israel adalah Sudan dan Maroko.
Sudan secara resmi menandatangani normalisasi hubungan dengan Israel pada Januari 2021.
Setelah adanya kesepakatan damai itu, Sudan mendapatkan akses ke lebih dari 1 miliar dollar AS dalam biaya tahunan.
Kedutaan Besar AS di Khartoum mengatakan, perjanjian itu akan membantu Sudan lebih jauh dalam jalur transformasinya menuju stabilitas, keamanan, dan kesempatan perekonomian.
Sementara itu, Maroko menjadi negara Arab selanjutnya yang sepakat melakukan normalisasi hubungannya dengan Israel pada Desember 2020.
Ini terjadi setelah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump mengakui kedaulatan Maroko di wilayah sengketa Sahara Barat.
Sebagai bukti normalisasi hubungan itu, pemimpinan Israel telah melakukan lawatan pertama dalam sejarah ke negara-negara tersebut.
Pada Agustus 2021, misalnya, Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, berkunjung ke Maroko untuk pertama kalinya.
Dua maskapai penerbangan Israel juga resmi meluncurkan penerbangan komersial nonstop dari Tel Aviv ke Marakesh. [gun]