WahanaNews.co | Ratusan tentara Armenia kehilangan nyawa dalam dua hari terakhir, pasca serangan masif militer Azerbaijan di wilayah perbatasan kedua negara.
Angkatan Bersenjata Armenia menelan banyak kerugian dalam perang 44 hari yang terjadi pada 2020 silam, maupun dalam konflik yang pecah pekan ini.
Baca Juga:
Gencatan Senjata Gagal Total, 80 Tentara Azerbaijan Jadi Mayat
Seperti yang diketahui, dalam Perang Nagorno-Karabakh Kedua yang meletus pada 27 September-10 November 2020 Armenia menjadi pihak yang menelan kekalahan telak.
Dikutip dari situs resmi Perdana Menteri Armenia, Primeminister.am, lebih dari 3.800 prajurit militer Armenia tewas.
Jumlah itu jauh lebih banyak dari korban jiwa yang timbul di pihak Angkatan Bersenjata Azerbaijan. Siapa sangka, salah satu penyebab banyaknya tentara Armenia yang tewas justru kekurangan perlengkapan tempur.
Baca Juga:
Tewaskan 100 Tentara, Ini Pemicu Bentrokan Armenia-Azerbaijan
Salah satunya adalah kurangnya helm dan rompi anti-peluru, yang diungkap langsung oleh Perdana Menteri Armenja, Nikol Pashinyan. Pashinyan mengakui awalnya ia tak tahu para prajurit militer Armenia harus maju di medan perang tanpa perlengkapan pelindung.
Pashinyan mengaku jika ia baru tahu pasukannya kekurangan helm dan rompi anti-peluru, justru setelah perang berakhir. Sontak Pashinyan dihujani kritik, karena dianggap tidak memperhatikan sektor pertahanan negara.
Pashinyan pun berdalih, bahwa perdana menteri tidak perlu membaca dokumen ratusan halaman yang diajukan Angkatan Bersenjata Armenia. Politisi 47 tahun itu memastikan, sepanjang ia menduduki posisi Perdana Menteri Armenia, seluruh kebutuhan militer sudah terpenuhi.
"Maaf, tetapi perdana menteri tidak perlu membaca dokumen beberapa ratus halaman dan berkata, 'Ya Tuhan! Apa yang dikatakannya? Itulah yang harus diambil oleh badan-badan terkait," ujar Pashinyan.
"Selama masa jabatan saya sebagai Perdana Menteri, semua permintaan keuangan Angkatan Darat terpenuhi," katanya, dikutip dari Kantor Berita Armenia, News.am.
Lebih lanjut Pashinyan menegaskan, anggaran militer sebesar $12 miliar (Rp178,8 triliun) untuk 10 tahun sudah ia penuhi. Pashinyan juga memastikan pemerintah juga telah menggelontorkan dana sebesar 15 miliar Dram (Rp552,7 miliar) untuk memenuhi kebutuhan logistik dan $100 juta (Rp1,5 triliun) untuk membeli sejumlah pesawat.
"Ketika saya diberitahu bahwa tentara membutuhkan 15 miliar dram untuk organisasi makanan, saya berkata 'kami akan memberikannya'. Selain itu, kami memberikan 100 juta dolar untuk pembelian pesawat terbang," ucap Pashinyan. [qnt]