Di mana kapasitasnya mencapai 45 GW dan 24 GW
pembangkit baru sudah direncanakan untuk dibangun.
Energi terbarukan ditargetkan akan mengalahkan
seluruh tambang baru yang ada pada tahun 2024.
Baca Juga:
Pensiunkan PLTU, PLN Soroti Harga Kelistrikan bagi Konsumen
PT Pembangkit Listrik Negara (PLN Persero)
sendiri masuk ke dalam daftar perusahaan dengan aset yang terancam menjadi aset
terlantar dalam skema B2DS (Below 2
Degrees).
Dari 22,529 MW kapasitas, PLN berisiko
kehilangan 15,41 miliar USD dari aset terbengkalai dengan patokan B2DS.
Sementara itu, ada fakta menarik dari laporan Do Not Revive Coal tersebut.
Baca Juga:
Dorong Dekarbonisasi, PLN Group Persiapkan Co-Firing 60 Persen Green Amonia di PLTU Jawa 9 dan 10
Fakta utama yang berhasil dihimpun dalam
laporan tersebut adalah di masa depan biaya operasi PLTU yang dinilai akan
lebih mahal dibandingkan dengan energi bersih terbarukan.
Pada tahun 2024, biaya Energi Terbarukan (ET)
akan lebih murah dibandingkan pembangkit batu bara di seluruh dunia.
Sedangkan, pada tahun 2026, pengoperasian PLTU
batu bara yang ada 100 persen lebih mahal dibandingkan pengoperasian ET.