Dengan adanya kompetisi dari ET dan regulasi
yang semakin ketat, maka diproyeksikan PLTU batu bara akan semakin tidak
menguntungkan.
Jika target Perjanjian Paris tercapai,
sekitar220 triliun US Dollar PLTU batu bara global yang sudah beroperasi
beresiko menjadi aset terbengkalai (stranded
assets).
Baca Juga:
Pensiunkan PLTU, PLN Soroti Harga Kelistrikan bagi Konsumen
Sekitar 80 persen PLTU batu bara global yang
sudah beroperasi dapat digantikan oleh pembangkit Energi Terbarukan yang lebih
hemat biaya.
Oleh karena itu, Head of Power and Utilities Carbon Tracker, Catharina Hillenbrand
Von Der Neyen, dalam keterangan tertulisnya melalui Yayasan Indoensia Cerah,
mengatakan, laporan itu mengungkapkan 92 persen proyek PLTU baru yang
direncanakan secara ekonomis tidak menguntungkan.
Selain itu, dana perkiraan investasi
pembangunannya mencapai 150 triliun US Dollar bakal terbuang sia-sia walaupun
dalam keadaan business as usual
(BAU).
Baca Juga:
Dorong Dekarbonisasi, PLN Group Persiapkan Co-Firing 60 Persen Green Amonia di PLTU Jawa 9 dan 10
"Investor seharusnya menjauhi pembiayaan
proyek baru, karena dari awal terproyeksi akan menghasilkan negative return," kata dia, Rabu
(30/6/2021).
Dampak Buruk PLTU Batubara