WahanaNews.co | Seorang pria India memenangkan kasus kekurangan uang kembalian lawan perusahaan kereta api setelah 22 tahun menunggu.
Menariknya, uang kembalian yang digugat pria itu “hanya” sejumlah 20 rupee atau sekitar 3.700 rupiah (kurs saat ini).
Baca Juga:
Sosok Sheikh Hasina, PM Bangladesh Kabur ke India yang Mundur-Kabur karena Demo
BBC melaporkan, Kamis (11/8/2022), perkara yang diperjuangkan pria bernama Tungnath Chaturvedi itu terjadi pada 1999.
Saat itu, ketika membeli dua tiket kereta, kembalian yang masuk ke kantongnya kurang 20 rupee.
Insiden tersebut terjadi di stasiun daerah Mathura, negara bagian Uttar Pradesh, utara India.
Baca Juga:
PM Bangladesh Undur Diri, Hasina Mengungsi ke India
Chaturvedi membeli dua tiket dengan total harga 70 rupee di Mathura.
Namun, saat membayar dengan pecahan 100 rupee, petugas tiket hanya mengembalikan 10 rupee kepadanya, kurang 20 rupee.
Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu bilang ke petugas tiket bahwa uang kembaliannya kurang.
Namun, Chaturvedi tidak mendapatkan uang kembalian sepantasnya saat itu.
Tidak terima, pria yang kini berusia 66 tahun ini melayangkan gugatan ke sebuah pengadilan konsumen di Mathura.
Pihak tergugat adalah si petugas tiket dan perusahaan North East Railway, anak perusahaan Indian Railways, badan perkeretaapian India.
Perjuangan Chaturvedi berbuah manis karena pada pekan lalu, pengadilan mengabulkan gugatannya plus denda bagi pihak perusahaan.
Namun, ia mesti bersabar menghadapi 120 persidangan untuk itu.
“Saya telah menghadiri lebih dari 100 sidang terkait kasus ini. Namun, Anda tidak bisa mematok harga pada energi dan waktu yang saya korbankan demi perkara ini,” kata Chaturvedi kepada BBC.
Perkara Chaturvedi mesti berlarut-larut karena pengadilan konsumen di India umum diketahui terbebani terlalu banyak kasus, terkadang butuh waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan suatu perkara sederhana sekalipun.
Pengadilan konsumen di India sendiri dibentuk secara khusus untuk mengurusi keluhan terkait layanan konsumen.
Chaturvedi mengaku butuh bertahun-tahun menyelesaikan perkara karena lambatnya kerja peradilan di India.
Juga, ia mengaku sempat dihalangi pihak perusahaan kereta.
Kata dia, terkadang sidang perkaranya pun mesti dimundurkan karena hakim izin takziah atau liburan.
“Perusahaan kereta juga berupaya memberhentikan kasus ini, menyebut komplain terhadap perusahaan kereta harus dilayangkan ke pengadilan perkeretaapian, bukan pengadilan konsumen,” kata Chaturvedi.
Pengadilan perkeretaapian di India sendiri adalah suatu badan kuasi-yudisial untuk mengurusi perkara terkait layanan kereta di India.
“Namun, kami menggunakan suatu putusan Mahkamah Agung tahun 2021 untuk membuktikan bahwa perkara ini dapat disidangkan di pengadilan konsumen,” sambungnya.
Bukan Cuma Demi Rp 3.700
Chaturvedi mengaku keluarganya berulang kali membujuknya untuk meninggalkan perkara ini.
Namun, ia bersikeras memperjuangkannya demi keadilan dan melawan korupsi.
Ganti rugi yang didapatkan Chaturvedi sendiri diakui tidak sebanding dengan perjuangannya secara fisik ataupun mental.
Setelah perjuangan panjang, majelis hakim memutuskan ia berhak mendapatkan ganti rugi 15.000 rupee atau sekitar Rp 2.765.000.
Majelis hakim juga memutuskan ia berhak mendapatkan uang kembalian yang belum dibayar pada 1999 silam.
Sebagai wujud ganti rugi, selisih uang kembalian itu mesti dibayarkan beserta bunga 12 persen per tahun yang dihitung dari 1999 hingga 2022.
North East Railway wajib membayarkan uang kembalian itu selambatnya 30 hari sejak putusan diterbitkan.
Jika tidak, bunga akan dinaikkan menjadi 15 persen.
Chaturvedi sendiri mengakui bahwa ganti rugi finansial yang didapatnya begitu remeh dan tak sebanding dengan kesusahan yang ditimbulkan perkara ini.
Namun, prinsip membuatnya nekat berjuang.
“Bukan uangnya yang penting. Ini selalu tentang perjuangan demi keadilan dan perlawanan terhadap korupsi. Jadi ini terhitung setimpal,” kata Chaturvedi.
“Juga, karena saya seorang advokat, saya tidak perlu membayar pengacara atau menanggung biaya perjalanan ke pengadilan. Dua hal itu cukup mahal,” lanjutnya.
Chaturvedi menyatakan kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi orang lain bahwa “jangan menyerah, bahkan jika perjuangannya terlihat sukar.” [gun]