WahanaNews.co | Iran, pada Kamis (31/3/2022), mengecam sanksi baru AS terhadap program rudal balistiknya, dengan mengatakan itu dirancang untuk melanjutkan kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Teheran.
Washington, pada Rabu (30/3/2022), mengumumkan babak baru sanksi yang menargetkan program rudal balistik Iran, beberapa pekan setelah serangan rudal di Erbil, yang diklaim oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC).
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Departemen Keuangan AS mengatakan sanksi baru menargetkan divisi IRGC yang terkait dengan penelitian dan pengembangan rudal balistik, serta Parchin Chemical Industries (PCI), komponen Organisasi Industri Pertahanan Iran (DIO), dan perantara yang terlibat dalam pengadaan suku cadang untuk rudal.
“Kegiatan terkait rudal balistik Iran terus mengganggu kestabilan kawasan Timur Tengah, dan Amerika Serikat akan terus menggunakan segala cara untuk menghentikan mereka,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam sebuah pernyataan.
Sebagai tanggapan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan, sanksi "membuktikan kedengkian pemerintah AS" terhadap rakyat Iran.
Baca Juga:
Citra Satelit Ungkap Serangan Rudal Iran Hantam 3 Bangunan di Pangkalan Udara Israel
Khatibzadeh mengatakan, pemerintah AS, meskipun mengklaim kesiapan untuk kembali ke implementasi penuh dari kesepakatan nuklir Iran, "terus melanggar kesepakatan dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231".
Putaran sanksi baru datang ketika negosiasi maraton untuk menyelamatkan perjanjian nuklir 2015 telah memasuki tahap akhir.
Sementara Teheran telah menuntut penghapusan sanksi dalam pembicaraan, yang berlangsung sejak April lalu, ia telah menyatakan program misilnya "tidak dapat dinegosiasikan", meningkatkan kekhawatiran di Barat.