Namun, kisah terakhir adalah kisah Inna Kukurudza, seorang penduduk Donbass, yang kehilangan kedua kakinya dan meninggal karena luka-luka selama serangan udara Ukraina di wilayah Lugansk pada 2 Juni 2014.
"Ada video yang dibuat setelah serangan udara itu," kenang Bentley.
Baca Juga:
7-Eleven Tolak Tawaran Akuisisi Rp589 Triliun dari Circle K
"Dia sedang duduk di jalan, di genangan darah, di sebelah kakinya, kedua kakinya telah diledakkan oleh roket ... Ada foto yang dibuat dari video dia duduk di tanah melihat lurus ke kamera. Ketika saya melihat foto itu, saya tahu pasti saya akan datang ke sini," akunya.
Ketika Bentley datang ke Lugansk dan mengunjungi tugu peringatan Inna dan warga sipil lainnya yang terbunuh di sana, dia merasa nasibnya terikat erat dengan nasib Donbass.
"Pada saat itu, dia seperti sedang melihat ke dalam jiwaku, kau tahu, dan dia bertanya padaku, apa yang akan kamu lakukan tentang ini?" catatnya.
Baca Juga:
Ciptakan Situasi Yang Aman Dan Kondusif, Kapolres Merangin Terjunkan Personil Pasca Terjadinya Peristiwa Penikaman Diarea PT.SGN
“Saya berkata, saya akan pergi ke sana dan saya akan bersama orang-orang yang diserang dan saya akan melawan orang-orang yang menyerang mereka. Itulah tepatnya yang saya lakukan," tandas Bentley.
Selama delapan tahun Bentley telah melayani baik sebagai tentara dan relawan bantuan. Bersama seorang wanita Kristen Ortodoks dari Florida dan Pastor Boris, yang menjadi orang tua baptisnya, Texas memulai dana Bantuan Kemanusiaan Donbass.
"Kami telah membawa lebih dari seratus ribu dolar dari AS dan donor Barat untuk bantuan manusia di sini," kata Bentley.