WahanaNews.co | Komando Strategis (STRATCOM) Amerika Serikat (AS) menggelar latihan perang nuklir bernama Global Lightning.
Manuver ini digelar pekan lalu di tengah ketegangan yang berlanjut dengan Rusia soal Ukraina.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
STRATCOM merupakan badan militer yang mengendalikan persenjataan nuklir Amerika dan segala sesuatu yang terkait dengan penggunaannya, termasuk komunikasi strategis.
Latihan Global Lightning dirancang untuk menguji kesiapan STRATCOM untuk terlibat dalam perang nuklir.
"Ini adalah latihan pos komando tahunan yang dirancang untuk melatih pasukan Departemen Pertahanan dan menilai kesiapan operasional bersama di seluruh wilayah misi US STRATCOM," bunyi pernyataan STRATCOM yang dikutip SINDOnews.com dari situs resminya, Senin (31/1/2022).
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
"Latihan tahun ini akan memberikan kesempatan pelatihan bagi staf kantor pusat US STRATCOM untuk mengintegrasikan dan menyinkronkan upaya dengan markas besar US INDOPACOM [Komando Indo-Pasifik AS] dan komando komponennya," lanjut pernyataan tersebut.
Manuver ini sebenarnya telah lama direncanakan dan rutin untuk pasukan Amerika, namun kali ini bukanlah waktu yang tepat.
AS terus-menerus mengungkapkan kekhawatiran tentang potensi invasi Rusia terhadap Ukraina dan mempertimbangkan opsi pembalasan.
Latihan Global Lightning terakhir diadakan pada April 2021, melibatkan AS menggunakan senjata nuklir sebagai pencegahan dalam kebuntuan hipotetis dengan Rusia.
Namun tahun ini, Global Lightning berfokus pada respons terhadap potensi konflik nuklir dengan China. Latihan itu bahkan tidak melibatkan senjata nuklir atau bahkan peluncuran maupun pengeboman.
Sebaliknya, Komando Strategis AS memeriksa sirkuit komando dan kontrol nuklir, menggabungkan inovasi tahun lalu ke dalam taktik sebelumnya, dan menguji pengambilan keputusan sesuai dengan rencana perang nuklir.
Rencana perang nuklir AS yang baru mencerminkan transisi yang telah dialami NATO selama beberapa tahun terakhir–pergeseran dari memerangi terorisme dan kembali ke "persaingan kekuatan besar".
Pergeseran dan penambahan terbaru pada persenjataan nuklir AS dilaporkan berdampak pada cara Washington memperkirakan konflik nuklir akan terungkap.
Rencana baru ini tidak lagi bergantung pada doktrin Mutually Assured Destruction (MAD)–sesuatu yang di masa lalu berfungsi sebagai pencegah yang signifikan dari penggunaan senjata nuklir dan sesuatu yang masih berlaku di doktrin negara lain, termasuk Rusia.
Saat ini, Pentagon mengharapkan beberapa pasukan AS untuk selamat dari serangan hipotetis pertama oleh Rusia atau negara nuklir lain, dan kemudian pulih, menyerang balik, dan ulangi sampai musuh dikalahkan atau tidak ada yang tersisa di Bumi untuk bertarung.
Pendekatan baru ini sedang diuji selama game perang Global Lightning tahun ini.
Rencana perang nuklir AS yang baru juga mencakup pengenalan senjata konvensional tambahan ke dalam kekuatan strategis AS, semakin bergantung pada teknologi selain nuklir, termasuk pertahanan udara, perang dunia maya, dan peralatan anti-jamming.
Selain itu, teknologi "komunikasi terlindungi" diperkenalkan ke dalam militer, yang disebut sebagai terminal Family of Beyond the Line of Sight (FAB-T).
Seperti jalur komunikasi lain yang digunakan oleh Komando Strategis AS, FAB-T dikembangkan untuk berfungsi bahkan dalam kondisi perang nuklir yang sulit yang dapat menghancurkan sarana komunikasi lainnya.
Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan presiden dan petinggi militer berkomunikasi dengan operator senjata nuklir mereka, dan membiarkan yang terakhir merespons kembali.
FAB-T perlu berfungsi secara mulus dengan sistem lain yang digunakan oleh kekuatan dan karenanya menjalani "stess test" selama latihan Global Lightning kali ini.
Rusia telah berkali-kali menyangkal akan menginvasi Ukraina. Menurut Moskow, ratusan ribu tentara yang dikerahkan di dekat perbatasan Ukraina adalah sah karena masih berada di tanah Rusia.
Sebaliknya, Moskow menuduh AS dan negara-negara Barat-lah yang memprovokasi Ukraina agar berperang dengan Rusia. Sebab, Barat memasok peralatan tempur dalam jumlah besar kepada Kiev. [qnt]