Sementara itu, Dr. Rebecca Thornton, pengamat militer dari Lowy Institute Australia, menilai bahwa langkah Rusia merupakan bagian dari “diplomasi intimidasi”. Ia mengatakan, “Rusia memahami bahwa wilayah seperti Biak sangat strategis, dan permintaan ini adalah sinyal untuk menunjukkan bahwa mereka juga punya kepentingan di Pasifik.”
Senada dengan itu, Lt. Gen. (Ret.) William H. Gardner dari lembaga Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington DC menyatakan, “Bahkan jika ditolak, proposal itu tetap penting. Ini menunjukkan niat Rusia untuk memperluas jejak globalnya dan membangun pijakan di kawasan yang sebelumnya dianggap terlalu jauh dari jangkauan mereka.”
Baca Juga:
Rusia Pertahankan Proyeksi PDB 2025, Turunkan Sedikit Ekspektasi Tahun 2026
Kawasan yang Kian Rawan Persaingan Kekuatan Besar
Meskipun Indonesia telah secara jelas menolak keberadaan pangkalan militer asing, isu ini menunjukkan bahwa Asia-Pasifik kini menjadi titik tarik-menarik kepentingan antara kekuatan global.
Ketegangan semacam ini juga memberi tekanan bagi negara-negara di kawasan untuk bersikap tegas dan memperkuat solidaritas regional.
Baca Juga:
Rusia Luncurkan Roket TBS-3M Upgrade, Ancaman Baru di Medan Perang Ukraina
Indonesia dan negara-negara Asia-Pasifik lainnya didorong untuk mempertahankan prinsip politik luar negeri yang mandiri dan aktif, agar tak terseret ke dalam konflik geopolitik yang kian mengeras.
Dengan dinamika yang semakin kompleks ini, kawasan Asia-Pasifik dituntut untuk terus memperkuat arsitektur keamanannya sendiri tanpa bergantung pada kekuatan eksternal yang berpotensi memicu konflik terbuka.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.