"Kenapa massanya cukup besar, menurut saya ini kombinasi dari
basis tradisional FPI ditambah dengan limpahan yang besar dari
kelompok-kelompok yang tak puas dengan kondisi saat ini, tapi tidak punya cara
lain untuk mengartikulasikan lewat partai atau politisi, kecuali lewat Rizieq
dan FPI."
"Dalam konteks Jakarta, kajian-kajian yang dilakukan oleh Ian
Wilson dari Murdoch University menjelaskan bahwa melalui FPI orang bukan
kemudian sekedar hanya beragama dan beribadah... tapi juga punya akses-akses
kegiatan ekonomi sehari-hari..., misalnya soal lapangan kerja di lahan
parkir."
Baca Juga:
Analis: Bebasnya Rizieq Bisa Jadi Bara Politik 2024
FPI adalah Aset Politik
Dr Luqman juga melihat kegamangan pemerintah dalam menghadapi
Rizieq, bukan hanya soal kepulangan, tapi bahkan sebelum ia pergi ke Saudi.
Baca Juga:
Habib Rizieq Bebas Bersyarat, Apa Artinya?
"Misalnya kita lihat beberapa pemberitaan bahwa orang-orang
pemerintah juga datang menemui Rizieq."
"Artinya ada sikap mendua juga di sana, ada sikap
hitung-hitungan, kalkulasi politik bahwa orang seperti Rizieq dan FPI meskipun
di satu titik tertentu kontraproduktif untuk proyek politik tertentu, tapi
dalam kesempatan lain masih berhitung bahwa Rizieq dan FPI masih bisa digunakan
untuk proyek politik yang lain."
Sikap mendua ini juga terlihat pekan lalu ketika Kodam Jaya
mengerahkan pasukan tempur untuk menurunkan spanduk Rizieq dan saat itu Pangdam
Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman juga mengancam pembubaran FPI.