Perdana Menteri Polandia menyebut perkembangan itu sebagai tindakan sabotase, dan penjabat perdana menteri Swedia mengatakan ini mungkin kasus sabotase, lapor Associated Press.
Para ahli mengatakan kepada ABC News bahwa hanya satu negara - Rusia - yang diuntungkan dari kebocoran pipa, meskipun para pejabat belum memberikan bukti bahwa Rusia berada di belakangnya.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
“Tidak ada seorang pun selain Rusia yang mendapat keuntungan dari menyabotase jaringan pipa ini,” kata Ben Cahill, seorang anggota senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Tindakan sabotase dalam skala ini sangat cocok dengan upaya Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menabur kebingungan dan kepanikan di Eropa dan melemahkan solidaritas Eropa, kata Cahill, tetapi juga membawa risiko besar bagi Moskow.
"Jika benar bahwa Rusia bersalah, ini adalah Putin yang memotong hidungnya untuk mempermalukan wajahnya," kata Matthew Schmidt, direktur program Hubungan Internasional di Universitas New Haven.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Di tengah berbagai spekulasi soal kebocoran pipa gas Nord Stream di Laut Baltik, Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) sebagai dalang utama. Moskow menuntut Presiden AS Joe Biden segera menjawab pertanyaan apakah AS yang sebenarnya ada di balik kebocoran pipa gas, yang penyebabnya masih misterius itu.
"Pada 7 Februari 2022, Joe Biden mengatakan bahwa Nord Stream akan tamat jika Rusia menginvasi Ukraina," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam pernyataan via media sosial, seperti dilansir AFP, Kamis (29/9/2022).
Zakharova menyertakan sebuah video yang menunjukkan Biden mengatakan 'kami akan mengakhiri' Nord Stream 2 jika tank-tank Rusia melintasi perbatasan Ukraina.