Saluran televisi milik militer Myanmar, Myawaddy TV, mengatakan Fenster diberi amnesti setelah ada permintaan dari Bill Richardson dan dua perwakilan Jepang "untuk menjaga persahabatan di antara negara-negara dan menekankan aspek kemanusiaan".
Fenster adalah salah satu dari puluhan pekerja media yang ditahan di Myanmar sejak kudeta terjadi pada 1 Februari.
Baca Juga:
Dewan Pers dan 3 Capres-cawapres Tandatangani Komitmen Kemerdekaan Pers
Aksi merebut kekuasaan itu membuat masyarakat marah atas upaya yang tiba-tiba terhenti setelah satu dasawarsa negara itu melangkah menuju demokrasi.
Militer Myanmar menuding banyak perusahaan media melakukan penghasutan dan menyebarkan kabar bohong.
Seorang sumber yang mengetahui kedatangan Richardson di Myanmar --untuk menjemput Fenster-- mengatakan kunjungan mantan diplomat AS itu dilakukan tanpa sepengetahuan Departemen Luar Negeri AS maupun Kedutaan Besar AS di Yangon.
Baca Juga:
Capres Prabowo Bicara Kebebasan Pers dan Ekonomi Pancasila di Kantor Pusat PWI
Para pejabat pada awalnya menentang kunjungan Richardson ke Myanmar dan meminta sang mantan diplomat tidak membahas kasus tersebut dengan para pejabat Myanmar, kata sumber tersebut.
Sebelum Fenster dibebaskan, para pejabat Deplu AS khawatir bahwa keterlibatan Richardson justru akan mengakibatkan pembebasan Fenster tertunda.
Alasannya, aksi Richardson itu bisa membuat junta melihat wartawan AS tersebut sebagai alat tawar-menawar.