"Untuk pertama kalinya, AS mengusulkan kata gencatan senjata. Ini penting karena Israel tidak ingin kata gencatan senjata ada dalam resolusi apa pun, dan sekarang AS yang mengusulkannya," kata Bays, seperti dikutip dari Al Jazeera, melansir CNN Indonesia.
AS merupakan sekutu utama Israel yang mendukung serangan Zionis terhadap kelompok Hamas. Sejak Hamas menyerbu sejumlah kota Israel 7 Oktober lalu, Washington terus berusaha melindungi sekutunya itu dari berbagai resolusi PBB yang diajukan sejumlah negara.
Baca Juga:
RI-AS Kecam Kekerasan Terhadap Warga Sipil yang Berlanjut di Myanmar
AS dua kali memveto draf resolusi yang diajukan ke DK PBB terkait gencatan senjata. AS juga dua kali abstain, yang pada akhirnya membuat PBB sukses mengadopsi resolusi untuk menggenjot bantuan kemanusiaan di Gaza dan menyerukan jeda kemanusiaan yang mendesak dan tahan lama.
Kendati begitu, hubungan AS dan Israel dikabarkan mulai merenggang sejak beberapa waktu terakhir. Presiden AS Joe Biden disebut mulai jengkel dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang kian keras kepala.
"Sesuatu yang sangat jelas telah berubah di Washington dalam 24 jam terakhir. Mereka telah memutuskan untuk lebih keras terhadap Israel," kata Bays.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Dua pekan lalu, Aljazair juga sempat mengajukan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di daerah kantong ini.
DK PBB dijadwalkan akan melakukan pemungutan suara atas draf Aljazair pada Selasa (20/2/2024).
Sejauh ini belum diketahui kapan draf usulan AS akan dilakukan pemungutan suara.