WahanaNews.co | Pemerintahan negara-negara Barat minta para produsen senjata untuk ngebut berproduksi dan mengisi kembali persediaan senjata yang sangat berkurang usai memasok Ukraina yang masih bertempur melawan Rusia.
Seperti dilansir AFP, Senin (12/9/2022), Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin pekan ini mengumumkan pertemuan para direktur senior persenjataan nasional dari negara-negara sekutu untuk menyusun rencana jangka panjang guna memasok Ukraina dan membangun kembali cadangan senjata.
Baca Juga:
Peretas Korut Diduga Susupi Latihan Militer Gabungan Antara Korsel dan AS
"Mereka akan membahas bagaimana basis industri pertahanan bisa dengan baik melengkapi pasukan masa depan Ukraina dengan kemampuan yang mereka butuhkan," ucap Austin dalam pertemuan yang digelar di Pangkalan Angkatan Udara Ramstein di Jerman.
Pertemuan itu mempertemukan anggota Kelompok Kontak Ukraina, yang beranggotakan 50 negara yang mendukung Kiev dalam pertempuran melawan Moskow.
Pada Jumat (9/9) waktu setempat, kepala akuisisi senjata Pentagon, Bill LaPlante, menyatakan pertemuan direktur senior persenjataan dari negara-negara sekutu akan digelar di Brussels, Belgia, pada 28 September mendatang.
Baca Juga:
Korut Tembakkan Dua rudal Saat Kapal Selam AS tiba di Korsel
LaPlante menyebut tujuan pertemuan itu adalah menentukan 'bagaimana kita bisa terus bekerja sama untuk meningkatkan produksi kemampuan utama dan menyelesaikan masalah rantai pasokan dan meningkatkan interoperabilitas dan pertukaran sistem kita'.
Negara-negara anggota aliansi NATO tidak semuanya memiliki persenjataan yang sama, namun senjata-senjata mereka kompatibel. Jadi amunisi yang diproduksi di salah satu negara anggota NATO bisa digunakan oleh negara lainnya.
Pada awal perang, militer Ukraina kebanyakan menggunakan senjata dan amunisi yang sesuai dengan standar Rusia. Namun dalam beberapa bulan senjata itu mulai melemah, khususnya sistem artileri dan rudal yang krusial, dan Kiev mulai bergantung pada sekutu-sekutu Barat dengan persenjataan standar NATO.