Tapi pada akhirnya, hal itu menghabiskan sejumlah besar amunisi yang disimpan negara-negara NATO untuk pertahanan mereka sendiri. Membangun kembali pasokan persenjataan itu sekarang sangat penting.
AS sebagai pemasok pertahanan utama Ukraina sejak Rusia menginvasi, telah menjanjikan bantuan persenjataan senilai US$ 15,2 miliar yang mencakup rudal Javelin dan anti tank, juga artileri dan amunisi yang kompatibel dengan persenjataan NATO.
Baca Juga:
Peretas Korut Diduga Susupi Latihan Militer Gabungan Antara Korsel dan AS
Pentagon menyediakan sekitar 800 ribu peluru artileri 155 mm untuk Ukraina, sementara AS hanya memiliki satu pabrik yang memproduksinya -- pabrik General Dynamics di Pennsylvania yang memproduksi hanya 14.000 peluru setiap bulannya.
"Kami memiliki rencana... untuk mendapatkan kenaikan itu pada akhirnya hingga mencapai 36.000 peluru dalam sebulan dalam waktu sekitar tiga tahun," sebut LaPlante dalam pernyataan kepada wartawan.
Namun itu akan membutuhkan produksi tahunan untuk bertambah lebih dari separuh dari pasokan yang telah diberikan AS kepada Ukraina.
Baca Juga:
Korut Tembakkan Dua rudal Saat Kapal Selam AS tiba di Korsel
Pentagon sendiri menginginkan negara-negara sekutu meningkatkan produksi senjata mereka untuk membantu mengisi kembali pasokan. Terlebih militer AS baru-baru ini mengumumkan banyak kontrak baru dengan produsen senjata di dalam dan luar negeri untuk memenuhi hal itu.
Hal itu mencakup US$ 364 juta untuk 250.000 peluru amunisi 155 mm dari berbagai produsen, US$ 264 juta untuk rudal antipesawat Singer, US$ 324 juta untuk rudal antitank Javelin, dan jutaan unit lainnya untuk sistem persenjataan lainnya, amunisi dan pasokan pertahanan.
Juru bicara kepala staf gabungan Pentagon, Dave Butler, mengatakan keputusan itu terarah, tapi tidak ditentukan secara spesifik oleh kapasitas manufaktur AS.