Keputusan ini bahkan hanya didukung secara tipis dalam referendum tahun 2020, dengan 50,1 persen suara setuju untuk pendanaan jet baru.
Para kritikus menyebut F-35 sebagai "opsi Ferrari" -- terlalu canggih dan mahal untuk negara kecil dengan pendekatan pertahanan yang hati-hati.
Baca Juga:
Insiden di Kibbutz Nir Yitzhak, Bom Salah Sasaran Bikin Militer Israel Malu
Ketergantungan pada sistem logistik dan pemeliharaan berbasis Amerika, termasuk jaringan ODIN yang menggantikan ALIS, memunculkan kekhawatiran baru soal otonomi operasional Swiss.
"Satu hal yang harus kita pertahankan adalah kendali penuh atas alat utama sistem senjata kita," ujar salah satu pengamat militer Swiss.
"F-35 membuat kita terlalu bergantung pada Amerika."
Baca Juga:
China Pamer Jet Futuristik, AS Bangun Frankenjet dari Rongsokan F-35
Data Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS (GAO) tahun 2023 mengungkap bahwa hanya 55 persen armada F-35 AS yang mampu menjalankan misi pada waktu tertentu.
Masalah keandalan mesin, software, dan rantai pasokan menjadi perhatian serius, apalagi jika Swiss harus mengandalkan Lockheed Martin untuk pembaruan rutin.
Tak hanya aspek teknis dan biaya, keputusan ini juga membawa konsekuensi geopolitik.