Penarikan Swiss dari proyek ini bisa memberi sinyal buruk bagi kelangsungan koalisi pengguna F-35 di dunia.
Di Eropa, langkah Swiss bisa memperkuat posisi industri pertahanan regional. Prancis dan Jerman tengah mengembangkan Future Combat Air System (FCAS), platform generasi keenam yang diharapkan hadir pada 2040, sebagai penyeimbang dominasi AS.
Baca Juga:
AS Ogah Jual Jet Tempur Siluman F-35 ke Negara Muslim Termasuk Indonesia, Ini Alasannya
Di tingkat domestik, Swiss bukan pertama kalinya mengalami kegagalan dalam proyek akuisisi jet. Pada tahun 2014, rencana pembelian Saab Gripen E senilai USD3,5 miliar ditolak oleh 53,4 persen pemilih dalam referendum.
Preseden ini menjadi acuan penting bagi penentang F-35 saat ini, yang sedang menggalang referendum baru lewat petisi nasional.
Koalisi penolak yang terdiri dari aktivis sipil, akademisi, dan sejumlah partai politik berusaha membatalkan kontrak F-35 sebelum pengiriman pertama dijadwalkan pada tahun 2027.
Baca Juga:
Media Asing Terkejut: Indonesia Jadi ‘Pembeli Besar-besaran’ Jet Tempur Dunia
"F-35 mengikat kita pada satu pemasok dan mengancam kedaulatan kita," tegas seorang politisi Partai Hijau dalam wawancara televisi.
Secara global, isu ini menjadi cerminan dari pergeseran persepsi tentang ketergantungan pada teknologi militer AS.
Beberapa negara seperti Belanda dan Norwegia telah sepenuhnya mengintegrasikan F-35 ke dalam sistem pertahanannya, sementara yang lain seperti Kanada menghadapi gelombang penolakan serupa.