Diketahui bahwa Pentagon telah menyetujui rekomendasi-rekomendasi yang diajukan oleh GAO.
Militer AS saat ini menyediakan sekitar 450 unit jet tempur siluman F-35, dan Pentagon berencana untuk membeli sekitar 2.500 unit lagi sebagai bagian dari program selama puluhan tahun dengan perkiraan biaya siklus hidup lebih dari USD1,7 triliun.
Baca Juga:
Israel-Iran di Ambang Perang, AS kirim Jet Tempur F-22 ke Timur Tengah
GAO mengatakan sebagian besar dana ini akan digunakan untuk pengoperasian, pemeliharaan, dan perbaikan jet tempur.
Terdapat tiga varian jet tempur F-35 buatan Lockheed Martin. F-35A digunakan oleh Angkatan Udara dan memberikan kemampuan melebihi apa yang dapat diberikan oleh jet tempur F-16 dan A-10 yang sudah tua, sedangkan jet tempur F-35C mewakili peningkatan dibandingkan pesawat tempur berbasis kapal induk Angkatan Laut lainnya seperti F/A-18.
F-35B merupakan varian pesawat tempur yang memiliki kemampuan lepas landas pendek dan pendaratan vertikal, yang dapat digunakan oleh Korps Marinir di kapal serbu amfibi dan lapangan udara yang lebih kecil.
Baca Juga:
KBRI Korea Selatan: Dua WNI Terlibat Kasus Jet Tempur KF-21 Boramae
Varian ini, yang memiliki nilai sekitar USD100 juta, menjadi berita utama pada awal pekan ini ketika seorang pilot Korps Marinir terpaksa melakukan lompatan darurat dari pesawat tempur tersebut karena kerusakan yang terjadi selama misi pelatihan pada hari Minggu di Carolina Selatan.
Meskipun identitas pilot yang terlibat tidak diketahui, ia berhasil keluar dari pesawat dengan selamat dan mendarat menggunakan parasut di halaman belakang perumahan. Namun, kondisi pesawat tersebut masih belum jelas, sehingga militer meminta bantuan masyarakat dalam pencariannya.
Pejabat militer mengumumkan bahwa puing-puing dari pesawat tersebut telah ditemukan keesokan harinya. Seiring dengan insiden ini, Korps Marinir mengumumkan penangguhan selama dua hari untuk semua penerbangan, mengacu pada serangkaian kecelakaan penerbangan yang telah terjadi dalam beberapa minggu terakhir.