Reuters menyampaikan pernyataan bahwa mereka sangat sedih atas kematian videografer mereka, Issam Abdallah. Abdallah sedang melakukan siaran video langsung dari dekat perbatasan Israel pada saat kejadian tersebut.
Reuters juga mengumumkan bahwa mereka sedang mencari lebih banyak informasi dari pihak berwenang setempat mengenai kejadian tersebut.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Dalam insiden yang sama, jurnalis Reuters Thaier Al-Sudani dan Maher Nazeh mengalami luka. Selain itu, jurnalis dari Al Jazeera, Elie Brakhya dan Carmen Joukhadar, serta jurnalis dari Agence France-Presse, Christina Assi dan Dylan Collins, juga mengalami luka.
Tidak jelas apakah keenamnya terkena peluru yang sama atau proyektil yang berbeda.
Sumber keamanan di Lebanon menyebutkan kepada AFP bahwa pasukan Israel bertanggung jawab atas insiden ini, sementara Al Jazeera menyalahkan pemboman Israel sebagai penyebab insiden tersebut.
Sekitar waktu kejadian, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pasukannya membalas dengan tembakan tank dan artileri terhadap tembakan dari wilayah Lebanon.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Sebelumnya pada Jumat, IDF mengatakan ledakan terjadi di penghalang di sepanjang perbatasan dekat Alma al-Shaab, desa di Lebanon tempat kru berita melaporkan.
IDF mengatakan pasukannya merespons ledakan tersebut dengan tembakan artileri.
Kematian Abdallah menambah jumlah jurnalis yang terbunuh sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada Sabtu menjadi 11 orang, menurut Komite Perlindungan Jurnalis.