WahanaNews.co | Arab Saudi melakukan eksekusi 81 pria dalam 24 jam terakhir, termasuk tujuh orang Yaman dan satu Suriah atas tuduhan "berkomplot dengan organisasi teroris asing" dan menganut "paham menyimpang".
Hal itu dilaporkan media pemerintah Saudi, SPA. Eksekusi massal ini diketahui adalah yang terbanyak dilakukan Saudi dalam sejarah modern.
Baca Juga:
Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Putaran Ketiga
Pada 2021 Saudi mengeksekusi 67 orang dan tahun sebelumnya 27 orang.
"Mereka ini dinyatakan melakukan berbagai tindak kejahatan termasuk pembunuhan orang tak berdosa, perempuan, dan anak-anak," kata kantor berita SPA kemarin, mengutip pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri, seperti dilansir laman Aljazeera, Minggu (13/3).
"Kejahatan yang dilakukan orang-orang ini termasuk bersumpah setiap terhadap organisasi teroris asing, seperti ISIS, al-Qaidah, dan Houthi," kata SPA.
Baca Juga:
Kanwil Kemenag Kaltara Alokasikan 221.000 Jatah Haji untuk Tahun 2025
Sebagian yang lain pergi ke daerah konflik untuk bergabung dengan "organisasi teroris", kata SPA.
"Terdakwa semua sudah diberi hak untuk mendapat pengacara dan dijamin haknya sepenuhnya sesuai hukum Saudi selama proses pengadilan."
"Kerajaan akan terus mengambil sikap tegas dan tidak memberi toleransi terhadap terorisme dan ideologi ekstrem yang mengancam stabilitas seluruh dunia," kata laporan SPA.
Mereka yang dieksekusi termasuk 37 orang warga SAudi yang dinyatakan bersalah karena berupaya membunuh petugas keamanan dan menyerang kantor polisi dan iring-iringan petugas keamanan.
Sebelumnya Saudi menggelar eksekusi massal terakhir pada Januari 2016. Pada waktu itu ada 47 orang dieksekusi, termasuk tokoh Syiah oposisi yang menggalang demo di Saudi.
Pada 2019 Saudi mengeksekusi 37 warganya sendiri, sebagian besar adalah minoritas Syiah, atas tuduhan dugaan keterlibatan dengan kejahatan "terorisme".
Catatan kelam kasus hak asasi manusia di Saudi kerap jadi sasaran kritik dari kelompok pembela hak asasi dan negara Barat sekutu Saudi sejak peristiwa pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada Oktober 2018.
Selama ini Saudi membantah kasus-kasus pelanggaran hak asasi dengan alasan demi melindungi keamanan nasional. [rin]