WAHANANEWS.CO, Jakarta - Konflik di Timur Tengah kembali meledak. Serangan udara besar-besaran Israel ke Iran pada Jumat (13/6/2025) dini hari memicu reaksi keras dari para pemimpin tinggi Republik Islam Iran.
Tak hanya menimbulkan korban jiwa dari kalangan warga sipil, sejumlah komandan dan ilmuwan juga dikabarkan tewas akibat agresi militer ini.
Baca Juga:
330 Bom Dijatuhkan Israel ke Iran, Fasilitas Nuklir Natanz Jadi Sasaran Utama
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, dengan nada murka menyebut serangan tersebut sebagai aksi keji yang akan mengantarkan Israel pada “takdir pahit dan menyakitkan”.
Dalam sebuah pesan resmi kepada rakyat Iran, Khamenei menyatakan bahwa Zionis telah membuka pintu balasan yang sangat keras.
“Kepada Bangsa Iran yang Agung!” tulis Ayatollah Khamenei memulai pesannya, Jumat pagi waktu setempat.
Baca Juga:
Iran Rontokkan Jet Tempur Israel, Pilot Perempuan Ditangkap Hidup-hidup
“Rezim Zionis telah melakukan kejahatan di negeri kita tercinta dengan tangan kejamnya yang berlumuran darah, menunjukkan sifat jahatnya dengan menyerang wilayah permukiman,” ucapnya lantang.
Ayatollah menegaskan bahwa hukuman atas serangan ini tak bisa dihindarkan.
“Rezim ini harus menanti balasan yang keras,” ujar Khamenei.
Ia juga mengonfirmasi bahwa beberapa komandan dan ilmuwan penting Iran telah menjadi korban.
“Para penerus dan rekan-rekan mereka akan segera melanjutkan perjuangan dan tugas yang telah mereka mulai,” katanya penuh keyakinan.
Menurut Khamenei, kejahatan yang dilakukan Israel telah menjadi penentu nasib mereka sendiri.
“Dengan kejahatan ini, rezim Zionis telah menentukan bagi dirinya sendiri sebuah takdir yang pahit dan menyakitkan, dan pasti akan melihat (takdir) yang akan dibawa kepadanya,” tuturnya.
Serangan Israel menyasar wilayah di dalam dan sekitar ibu kota Iran, Tehran, serta kota-kota besar lainnya. Sejumlah gambar yang beredar menunjukkan kerusakan parah pada bangunan pemukiman.
Saksi mata dan reporter televisi pemerintah menyebut ada jenazah perempuan dan anak-anak di antara korban.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]