"Kami membutuhkan akses kemanusiaan segera di seluruh Gaza, sehingga kami bisa mendapatkan bahan bakar, makanan dan air bagi semua orang yang membutuhkan. Bahkan perang pun ada aturannya," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Sementara itu juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan mustahil warga Gaza untuk pindah ke selatan, tanpa menimbulkan "konsekuensi kemanusiaan yang buruk".
Baca Juga:
Di Tengah Konflik Panjang, Ini Rahasia Israel Tetap Berstatus Negara Maju dan Kaya
"Jeratan bagi penduduk sipil Gaza semakin ketat. Bagaimana 1,1 juta orang bisa berpindah melintasi zona perang yang padat penduduknya dalam waktu kurang dari 24 jam," tulis Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths di media sosial.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan pemindahan paksa itu bisa menjadi pengulangan peristiwa 1948, saat ratusan ribu warga Palestina melarikan diri dan diusir dari wilayah yang sekarang menjadi milik Israel.
Gaza adalah salah satu tempat terpadat di muka bumi, dan untuk saat ini tidak ada jalan keluar. Selain blokade Israel, Mesir juga menolak seruan untuk membuka perbatasannya dengan Gaza.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Hamas meminta warga Gaza untuk tetap berjuang dengan tidak mengikuti perintah Israel untuk mengungsi dan meninggalkan wilayah tersebut.
Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa pernyataan PBB yang memperingatkan bahwa Israel telah memerintahkan penduduk di Gaza utara untuk pergi ke wilayah selatan adalah “propaganda palsu”. Hamas telah mendesak warga Palestina di Gaza untuk tidak terpengaruh oleh pernyataan tersebut.
Kemudian, Omar Shakir, Direktur Israel dan Palestina di Human Rights Watch, telah memperingatkan bahwa seruan Israel agar 1,1 juta warga Palestina meninggalkan Gaza utara merupakan perpindahan massal yang belum pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir.