Negara-negara tetangga Palestina tersebut memandang ultimatum Israel untuk lebih dari 1 juta warga Palestina untuk meninggalkan Gaza sebelum serangan darat sebagai upaya pengusiran.
Dua negara Arab yang keras mengecam ultimatum Israel adalah Mesir dan Yordania. Keduanya berbatasan langsung dengan Palestina.
Baca Juga:
Di Tengah Konflik Panjang, Ini Rahasia Israel Tetap Berstatus Negara Maju dan Kaya
Reaksi kedua negara itu mencerminkan ketakutan Arab yang mengakar bahwa perang terbaru Israel dengan Hamas di Gaza dapat memicu gelombang baru pengungsian permanen dari tanah tempat warga Palestina ingin membangun negaranya di masa depan.
“Ini adalah penyebab dari semua penyebab, penyebab seluruh bangsa Arab,” kata Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi. "Penting bagi rakyat (Palestina) untuk tetap berdiri dan hadir di tanah mereka.”
Bagi warga Palestina, gagasan untuk meninggalkan atau dipaksa keluar dari tanah tempat mereka memiliki kesamaan dengan “Nakba” atau “malapetaka”, ketika banyak warga Palestina meninggalkan rumah mereka selama perang tahun 1948 yang menyertai berdirinya Israel.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Selama Nakba, sekitar 700.000 warga Palestina, setengah dari populasi Arab di wilayah Palestina yang dikuasai Inggris, melarikan diri atau diusir dari rumah mereka.
Banyak dari mereka yang pindah ke negara-negara Arab tetangga di mana mereka atau banyak keturunan mereka masih tinggal. Banyak yang masih tinggal di kamp pengungsi.
Israel membantah pernyataan bahwa mereka mengusir warga Palestina dan menyatakan bahwa mereka diserang oleh lima negara Arab sehari setelah pembentukannya.