Sejak Israel melancarkan pengeboman yang gencar terhadap Gaza setelah serangan dahsyat oeh Hamas pada 7 Oktober lalu, ratusan ribu dari 2,3 juta penduduk Gaza telah meninggalkan rumah mereka.
Mayoritas dari mereka menolak meninggalkan Gaza.
Baca Juga:
Di Tengah Konflik Panjang, Ini Rahasia Israel Tetap Berstatus Negara Maju dan Kaya
Militer Israel pada hari Jumat memperingatkan warga sipil di Kota Gaza, yang berjumlah lebih dari 1 juta orang, untuk pindah ke selatan dalam waktu 24 jam demi keselamatan mereka sendiri, sebuah sinyal bahwa Israel dapat segera melancarkan invasi darat.
Sebagai tanggapan, Raja Abdullah dari Yordania memperingatkan tentang segala upaya untuk memaksa warga Palestina keluar dari seluruh wilayah Palestina atau menyebabkan pengungsian internal mereka.
"[Yordania] menyerukan untuk mencegah meluasnya krisis ini ke negara-negara tetangga dan memperburuk masalah pengungsi," kata Raja Abdullah, seperti dikutip AFP, Sabtu (14/10/2023).
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Ketua Liga Arab yang beranggotakan 22 orang, Ahmed Aboul Gheit, segera meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengutuk "upaya gila Israel untuk memindahkan penduduk Palestina dari Gaza".
Amerika Serikat pekan ini mengatakan pihaknya sedang berbicara dengan Israel dan Mesir mengenai gagasan perjalanan yang aman bagi warga sipil Gaza.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan: "Warga sipil perlu dilindungi. Kami tidak ingin melihat eksodus massal warga Gaza."