"Gas Rusia itu berbeda. Tantangannya (bila diputus) jauh lebih besar," kata CEO UBS Ralph Hamers.
"Itu benar-benar karena sebagian besar industri bergantung pada gas sebagai komoditas dasar untuk membuat produk mereka ... jadi itulah yang dapat menyebabkan efek turunan, khususnya dalam ekonomi Eropa."
Baca Juga:
Ini 5 Negara Tidak Pernah Dijajah, Ada Tetangga Indonesia
Meski begitu, untuk mengantisipasi hal ini, Eropa saat ini cukup intens untuk mencari sumber gas lain serta sumber energi lainnya selain gas.
Norwegia, yang merupakan produsen gas alam terbesar di Eropa, mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan peningkatan produksi. Dari seberang samudra, Amerika Serikat (AS) menyatakan akan bekerja untuk menyuplai 15 bcm ke Eropa.
Untuk wilayah Selatan Eropa akan dibantu oleh jaringan distribusi gas dari Azerbaijan. Gas itu akan disalurkan melalui pipa Trans Adriatik ke Italia dan Pipa Gas Alam Trans-Anatolia (TANAP) melalui Turki.
Baca Juga:
Hasil Survei: Warga Eropa Tak Yakin Ukraina Bisa Taklukkan Rusia
Selain itu, Uni Eropa (UE) juga sedang mencari pasokan gas dari Qatar. Brussels memprediksi bila pasoka gas Qatar dan AS digabungkan, maka mereka akan mendapat 60 bcm per tahunnya.
Sementara itu, terkait sumber energi selain gas, beberapa negara telah menyiasati hal ini dengan beralih ke impor listrik, meningkatkan pembangkit listrik nuklir, membangun pusat energi terbarukan, dan juga memperpanjang masa beroperasinya pembangkit batu bara. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.