WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintah Vietnam tengah bersiap menghadapi ancaman Topan Kajiki yang diprediksi akan menghantam wilayah pesisir timur negara itu pada Senin (25/8/2025).
Sebagai langkah antisipasi, otoritas setempat berencana mengevakuasi lebih dari 325 ribu penduduk dari lima provinsi pesisir ke lokasi yang lebih aman.
Baca Juga:
Trump Ancam Jepang dengan Tarif Baru karena Tolak Beras AS
Warga akan ditempatkan di sekolah, balai publik, serta gedung-gedung pemerintah yang dialihfungsikan menjadi pusat penampungan sementara.
Langkah tersebut dilakukan menyusul peringatan dari otoritas bencana di bawah Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam, yang menyebut situasi semakin berbahaya.
Menurut mereka, kondisi cuaca ekstrem berisiko besar merusak infrastruktur, mengancam keselamatan kapal nelayan, sarana transportasi laut, hingga fasilitas budidaya perairan.
Baca Juga:
Zohran Mamdani Dituding Komunis, Trump Ancam Bekukan Dana Kota
Sejumlah maskapai nasional, termasuk Vietnam Airlines dan Vietjet, telah lebih dulu mengambil kebijakan membatalkan sejumlah penerbangan domestik demi keselamatan penumpang.
Berdasarkan laporan Pusat Peringatan Topan Gabungan (JTWC), Topan Kajiki bergerak perlahan melewati wilayah pantai selatan Tiongkok dengan kecepatan angin berkelanjutan mencapai 90 knot atau setara 167 kilometer per jam.
Intensitas badai bahkan diperkirakan terus meningkat dalam beberapa hari mendatang.
Badan Meteorologi Tiongkok menambahkan, hujan deras diprediksi mengguyur beberapa provinsi Vietnam seperti Ha Tinh dan Nghe An pada Senin hingga Selasa, disertai tiupan angin kencang. Dampak buruknya dapat memengaruhi jaringan listrik, sarana transportasi darat dan laut, serta aktivitas industri di kawasan terdampak.
Kementerian Pertanian Vietnam mencatat, Kajiki merupakan badai tropis kelima yang menerjang wilayah tersebut sepanjang tahun 2025.
Sebelumnya, lebih dari 100 orang dilaporkan tewas maupun hilang akibat berbagai bencana alam selama tujuh bulan pertama tahun ini.
Kerugian ekonomi akibat rentetan bencana itu ditaksir sudah melampaui 21 juta dolar AS.
Sementara itu, di negara tetangga, otoritas Tiongkok di Pulau Hainan meningkatkan status tanggap darurat mereka ke level tertinggi.
Sekitar 20 ribu warga dievakuasi, sementara kota wisata Sanya terpaksa menutup destinasi pariwisata dan menghentikan sejumlah kegiatan usaha.
Vietnam sendiri masih menyimpan trauma akibat Topan Yagi yang melanda pada September tahun lalu.
Kala itu, badai besar tersebut menewaskan ratusan orang dan menyebabkan kerugian ekonomi hingga 3,3 miliar dolar AS.
Para ilmuwan menegaskan, perubahan iklim yang dipicu aktivitas manusia mendorong cuaca menjadi semakin ekstrem dan sulit diprediksi.
Kondisi itu meningkatkan risiko banjir bandang dan badai tropis yang semakin merusak, terutama di kawasan tropis seperti Asia Tenggara.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]