WahanaNews.co, Jakarta - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa pihaknya telah berhasil menewaskan tokoh nomor 4 dari organisasi Hamas, yaitu Wakil Pemimpin Politik Hamas, Saleh Al-Arouri.
Netanyahu juga menegaskan komitmen untuk segera menghadapi komandan tertinggi Hamas sebagai tindak lanjut dari upaya militer Israel.
Baca Juga:
Lebanon Kian Terancam, Netanyahu Sesumbar Hantam Hizbullah Tanpa Ampun
Pernyataan tersebut muncul setelah penyelidikan Israel terhadap nasib Marwan Issa, Wakil Kepala Sayap Militer Hamas yang dilaporkan menjadi target serangan udara pada Minggu, 10 Maret 2024.
“Kami sedang menuju kemenangan sepenuhnya. Menuju kemenangan ini, kami sudah mengeliminasi nomor empat di Gaza. Tiga, dua dan satu selanjutnya,” tutur Netanyahu dilansir dari The Times of Israel.
“Mereka semua akan mati. Kami akan mencapai mereka semua,” tambahnya.
Baca Juga:
Benjamin Netanyahu Idap 4 Penyakit, dari Hernia hingga Masalah Jantung
Al-Arouri dilaporkan tewas terbunuh dalam serangan udara di Beirut, Lebanon pada awal Januari.
Namun, secara resmi, Israel tidak pernah mengakui keterlibatannya dalam serangan tersebut.
Saat ini, baik militer Israel maupun Hamas tengah berupaya untuk mengonfirmasi apakah Marwan Issa telah tewas akibat serangan oleh pihak Zionis di wilayah Gaza tengah.
Berdasarkan laporan, Issa diduga berada di kamp pengungsian Nuseirat dan menjadi target serangan semalam oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ke tempat yang dicurigai sebagai persembunyiannya.
Meskipun lima warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan tersebut, belum ada konfirmasi apakah Marwan Issa termasuk di antara korban.
Issa dianggap sebagai tokoh nomor tiga di Hamas, setelah Pemimpin Militer Brigade Al-Qassam Hamas, Mohammed Deif, yang dianggap sebagai tokoh nomor satu.
Sementara itu, tokoh nomor dua di Hamas diyakini adalah Yahya Sinwar, yang memimpin kelompok perlawanan Palestina di Gaza.
Bernafsu Lanjutkan Serangan
Selain itu, Netanyahu juga mengklaim sedikitnya 13.000 "teroris", atau anggota Hamas, termasuk di antara warga Palestina yang tewas selama perang berkecamuk di Jalur Gaza.
Netanyahu bertekad akan melanjutkan serangannya di bagian selatan daerah kantong Palestina tersebut.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (11/3/2024), lebih dari 31.000 orang tewas di Jalur Gaza akibat perang yang berkecamuk selama lima bulan terakhir.
Kementerian Kesehatan di wilayah Gaza yang dikuasai oleh Hamas tidak menyajikan rincian mengenai jumlah korban tewas, baik di kalangan warga sipil maupun militer Hamas.
Namun, diinformasikan bahwa sekitar 72 persen dari total korban tewas tersebut terdiri dari perempuan dan anak-anak.
Hamas sebelumnya menolak pernyataan Israel yang mengklaim jumlah militan yang tewas di Jalur Gaza, menyebutnya sebagai upaya untuk menciptakan citra "kemenangan palsu".
Dalam wawancara dengan media Politico, Benjamin Netanyahu menyebut bahwa jumlah korban sipil di Jalur Gaza sebenarnya lebih rendah dari laporan yang diberikan.
Dia juga mengklaim bahwa dari korban tewas yang dilaporkan di Jalur Gaza, setidaknya 13.000 adalah militan.
Sebuah rekaman audio yang dibagikan oleh surat kabar Jerman, Bild, yang memiliki penerbit yang sama dengan Politico, mencatat Netanyahu menyatakan bahwa jumlah korban sipil di Jalur Gaza bukanlah 30.000, bahkan bukan 20.000.
"Jauh lebih sedikit dari itu," sebut Netanyahu dalam rekaman audio tersebut, seperti dilansir AFP.
"Bagaimana saya mengetahui itu? Karena pasukan kami telah membunuh sedikitnya 13.000 petempur teroris," klaim Netanyahu, tanpa menjelaskan lebih lanjut bagaimana angka itu didapatkan.
Hamas dianggap sebagai kelompok teroris oleh kebanyakan negara Barat. Kelompok militan itu belum mengungkapkan ke publik soal berapa banyak anggotanya yang tewas dalam pertempuran dengan militer Israel.
Lebih lanjut, Netanyahu menyebut bahwa memperluas serangan Israel ke Rafah, yang ada di ujung selatan Jalur Gaza, menjadi kunci dalam mengalahkan Hamas.
"Kami sangat dekat dengan kemenangan... Begitu kami memulai aksi militer terhadap batalion teror yang tersisa di Rafah, hanya tinggal menunggu beberapa minggu saja," ucap Netanyahu seperti dikutip surat kabar Bild.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]