Presidensi Indonesia di G20, juga akan digunakan untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan negara-negara berkembang. Indonesia berusaha membangun tata kelola dunia yang lebih adil.
Indonesia berupaya memperkuat solidaritas dunia mengatasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, dan menggalang komitmen negara maju membantu negara berkembang, negara kaya membantu negara miskin.
Baca Juga:
Sherpa G20 Indonesia Pimpin Perundingan Sebagai Perjalanan Akhir Presidensi G20 Brasil
Untuk mencapai terobosan-terobosan tersebut, Presiden Jokowi mengatakan Indonesia akan fokus untuk mengerjakan tiga hal. Pertama, penanganan kesehatan yang inklusif. Kedua, transformasi berbasis digital. Ketiga, transisi menuju energi berkelanjutan.
Dalam G20, memang terdapat dua trek (jalur) pembicaraan, yaitu keuangan serta trek sherpa. Trek sherpa baru dimulai pada 2010 untuk membahas isu di luar keuangan, seperti geopolitik, antikorupsi, pembangunan, perdagangan, energi, perubahan iklim dan kesetaraan gender, ekonomi digital, pariwisata, pendidikan, transisi energi, pekerjaan, kesehatan dan lainnya.
Sehingga agenda prioritas di jalur keuangan adalah: (1) Koordinasi exit strategy untuk mendukung pemulihan global; (2) Upaya penanganan dampak pandemi (scaring effects) dalam perekonomian guna mendukung pertumbuhan yang lebih kuat di masa depan; (3) Penguatan sistem pembayaran di era digital; (4) Pengembangan pembiayaan berkelanjutan (sustainable finance; (5) Peningkatan sistem keuangan yang inklusif dan (6) Agenda perpajakan internasional
Baca Juga:
Menkeu Lakukan Diskusi Strategis tentang Pembiayaan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan
Sementara agenda prioritas jalur sherpa: yaitu (1) Arsitektur kesehatan global; (2) Transformasi digital; (3) Transisi energi yang berkelanjutan.
Untuk arsitektur kesehatan global, Indonesia berfokus untuk pemulihan dari pandemi COVID-19. Indonesia, seperti banyak negara berkembang lainnya, menghadapi tantangan untuk mendapatkan akses vaksin dan G20 merupakan wadah tepat untuk mendorong diskusi tentang bagaimana seluruh negara dapat mencapai target vaksinasi lebih cepat, khususnya untuk mengatasi risiko varian baru.
Kedua, transformasi digital. Potensi ekonomi digital yang dimiliki Indonesia diharapkan menjadi modal penting dalam negosiasi di G20. Sepanjang 2021, ekonomi digital Indonesia diperkirakan memiliki nilai penjualan 70 miliar Dolar AS dan pada 2025 diproyeksikan dapat mencapai 146 miliar Dolar AS.