Lenin menyampaikan hal tersebut untuk mengaitkan dengan revolusi Bolshevik, peristiwa yang mengakhiri kekuasaan Tsar Nicholas II, sekaligus menandai dimulainya era Uni Soviet.
Saat ini dunia juga sedang menyaksikan munculnya sejumlah hal buruk dalam geopolitik tradisional: kompetisi di antara great powers, persaingan untuk mendapatkan sumber daya, yang berkelindan dengan tantangan modern, yaitu perubahan iklim, pandemi hingga proliferasi nuklir.
Baca Juga:
Sherpa G20 Indonesia Pimpin Perundingan Sebagai Perjalanan Akhir Presidensi G20 Brasil
Kondisi tersebut membuat hampir tidak mungkin bagi negara-negara besar dalam satu kawasan untuk bekerja sama dalam mengatasi tantangan regional dan internasional, meski mereka ingin melakukannya.
Perubahan iklim dan pandemi COVID-19 adalah contoh nyata kurangnya kesepakatan multilateral yang efektif, telah mendorong lebih banyak negara untuk bersikap free-ride, sehingga menciptakan lebih banyak lagi emisi karbon hingga tidak memadainya akses vaksin bagi negara-negara berkembang maupun tertinggal.
Padahal tatanan dunia pada akhirnya bertumpu pada norma, aturan dan institusi untuk menentukan bagaimana sebagian besar negara bertindak sehingga partisipasi multilateral untuk mengatasi beragam persoalan global akan tetap diperlukan.
Baca Juga:
Menkeu Lakukan Diskusi Strategis tentang Pembiayaan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan
Sepekan pada November 2022 di Nusa Dua, Bali pun menentukan apakah forum G20 dapat memberikan kontribusi terhadap stabilitas tatanan kawasan dan dunia pada dekade ini dan dekade-dekade selanjutnya. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.