Selanjutnya untuk transisi energi berkelanjutan jelas membutuhkan komitmen yang kuat terhadap pengurangan emisi disertai kebijakan dengan target terukur sesuai kondisi masing-masing negara.
Transfer teknologi yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan dari negara maju ke negara berkembang dalam pengembangan energi terbarukan, baik hidro, geotermal, solar dan gelombang laut, membuat ekonomi hijau harus menjadi kenyataan.
Baca Juga:
Sherpa G20 Indonesia Pimpin Perundingan Sebagai Perjalanan Akhir Presidensi G20 Brasil
Tantangan Rusia-Ukraina
KTT G20 belum berlangsung, kemudian muncul tantangan berat yang tak diperkirakan sebelumnya, yaitu konflik antara Rusia, yang merupakan anggota G20, dengan Ukraina.
Sejak 17 Februari 2022 terjadi baku tembak artileri antara pasukan Ukraina dan separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Pasukan separatis mengumumkan evakuasi hingga 700 ribu warga sipil ke Ukraina.
Baca Juga:
Menkeu Lakukan Diskusi Strategis tentang Pembiayaan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan
Serangan Rusia terhadap negara tetangganya tersebut bukan hanya membuat harga komoditas dan bahan pangan melambung, namun juga memaksa perekonomian dunia dapat melambat. Alasannya karena sanksi yang diterapkan negara-negara Barat terhadap Rusia, lalu dibalas oleh Moskow, sehingga mengkhawatirkan nasib kerja sama internasional, termasuk forum G20.
Persoalannya, pada satu kubu terdapat Amerika Serikat (AS) dan negara-negara sekutu tradisionalnya. Pada kubu lain, terdapat Rusia. Beberapa negara lain tidak secara langsung melekat ke salah satu kubu, tetapi memiliki gradasi kedekatannya masing-masing pada kubu AS ataupun kubu Rusia. Selama ini AS dan sekutunya juga tidak akan mau duduk dalam meja perundingan.
Presiden Jokowi sebagai Presiden G20 mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping tetap akan hadir dalam konferensi puncak G20 di Bali. Indonesia akhirnya mengundang Presiden Ukraina sebagai jalan tengah.