WahanaNews.co | Diam-diam warga Korea Utara mengolok-olok pidato Kim Yo Jong, adik pemimpin tertinggi negara mereka, Kim Jong Un, ketika mengumumkan krisis Covid-19 berakhir.
Menurut mereka, pidato Yo Jong kekanakan.
Baca Juga:
Pjs. Gubernur Kaltara Togap Simangunsong Terima Kunjungan Investor Korea Selatan Oktober 2024
"Mereka menganggap harga diri Kim Yo Jong sangat rendah karena terpaku pada pidato tertulis dan membacanya dengan suara gemetar seperti seorang siswa," ujar seorang sumber kepada Radio Free Asia.
Selain itu, para warga juga mengeluhkan konten pidato Yo Jong karena terlalu terpaku pada tuduhan Korut bahwa Korea Selatan menyebarkan Covid-19 ke negara mereka.
Warga Korut kecewa karena Yo Jong sama sekali tak membahas masalah utama di Korut saat ini, yaitu kelaparan.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
"Pidatonya memperburuk situasi di Semenanjung Korea. Warga mengeluhkan karena jika mereka mendeklarasikan kemenangan terhadap corona, mereka seharusnya membahas cara untuk memperbaiki situasi kehidupan yang buruk," kata sumber lainnya.
Ia kemudian berkata, "Mereka hanya sibuk memicu amarah untuk merendahkan pejabat Korea Selatan."
Dalam pidato itu, Yo Jong memang berfokus pada tudingannya ke Korsel. Menurutnya, Korsel menyebarkan Covid melalui pamflet-pamflet yang diterbangkan ke Korut.
"Sangat mengkhawatirkan Korsel mengirimkan poster, uang, brosur, dan barang-barang lainnya ke kawasan kami," ucap Yo Jong, seperti tertera di pemberitaan KCNA yang dikutip AFP.
Ia lantas menyatakan bahwa Korut sedang mempertimbangkan pengambilan langkah "balas dendam yang kuat."
Sebelum Yo Jong, sejumlah pejabat Korut lain juga sudah berulang kali melontarkan tudingan serupa.
Korsel pun sudah berkali-kali menegaskan bahwa tak pernah ada bukti yang menunjukkan Covid dapat ditularkan melalui benda mati.
"Kami sangat menyayangkan klaim-klaim tak berdasar Korea Utara mengenai Covid dan membuat pernyataan yang mengancam dan kurang ajar," bunyi pernyataan Kementerian Unifikasi Korsel yang dikutip Reuters, Kamis (11/8). [rin]