WAHANANEWS.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) kembali mengeluarkan peringatan keras terkait kondisi di Jalur Gaza yang kian memburuk.
Situasi di wilayah tersebut disebut berada pada titik kritis akibat pengepungan berkepanjangan, penutupan jalur perbatasan, serta datangnya musim dingin yang memperparah penderitaan warga sipil.
Baca Juga:
Delegasi PBB Kunjungi Kota Bandung, Wali Kota Siap Gaungkan Kembali Semangat KAA
Dalam pernyataannya, kedua lembaga itu menegaskan bahwa kondisi kesehatan dan kemanusiaan di Gaza telah mencapai tahap yang sangat mengkhawatirkan.
WHO melaporkan sekitar 16.500 pasien di wilayah itu mendesak untuk dievakuasi ke luar Gaza agar bisa mendapatkan perawatan medis yang memadai.
Namun, banyak rumah sakit kini tidak lagi berfungsi secara optimal karena keterbatasan fasilitas, pasokan obat, serta bahan bakar untuk menjalankan peralatan penting.
Baca Juga:
PBB Prihatin Serangan di Gaza, Serukan Semua Pihak Patuhi Gencatan Senjata
“Bantuan medis sebenarnya sudah disiapkan di perbatasan, namun masih tertahan akibat penutupan perlintasan yang terus berlanjut,” ungkap WHO dalam pernyataannya.
Melansir dari WAFA Agency, Senin (10/11/2025), WHO menekankan pentingnya pembukaan kembali penyeberangan Rafah yang selama ini menjadi jalur utama evakuasi pasien dan pintu masuk vital bagi pasokan medis.
WHO juga menyerukan agar komunitas internasional menjamin akses kemanusiaan tanpa hambatan serta mengajak lebih banyak negara bersedia menerima pasien Gaza untuk dirawat.
Sementara itu, OCHA melaporkan bahwa ratusan ribu keluarga pengungsi kini tengah berjuang menghadapi musim dingin tanpa tempat berlindung yang layak.
Banyak di antara mereka tidak memiliki pakaian hangat, selimut, atau perlengkapan dasar lain untuk bertahan dari cuaca dingin dan hujan.
Kondisi ini membuat risiko penyakit dan kematian meningkat tajam, terutama di kalangan anak-anak dan lansia.
Selain itu, krisis pangan di Gaza juga semakin parah. OCHA mengungkapkan bahwa hanya sekitar 4 persen lahan pertanian yang masih bisa diakses dan digarap karena kerusakan masif akibat konflik.
Situasi ini menyebabkan penurunan drastis produksi pangan lokal serta meningkatkan risiko kelaparan di seluruh wilayah.
Kedua lembaga PBB tersebut menegaskan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik paling kritis dalam beberapa tahun terakhir.
Mereka menyerukan kepada dunia internasional untuk segera mengambil tindakan nyata termasuk membuka jalur bantuan, memulihkan layanan kesehatan, dan menyelamatkan nyawa warga sipil yang terus menjadi korban keadaan.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]