"Mikrobiota di usus kita ikut terganggu dengan gula berlebihan, padahal kelompok makhluk itu berperan untuk sistem imun dan ikut menimbulkan impuls ke otak, kita jadi gampang cemas dan depresi. Makanya, badan kesehatan dunia sudah bilang batasi gula," jelasnya.
Ada pun, jenisnya yang cukup sering dipakai masyarakat terdiri dari gula pasir, gula aren, dan gula batu.
Baca Juga:
Didakwa Rugikan Negara Rp515 Miliar, Tom Lembong Kecewa
Dijelaskan dokter Ida, gula pasir memang memiliki indeks glikemik lebih tinggi dibanding gula aren.
Artinya, mengonsumsi gula pasir berarti mempercepat kenaikan kadar gula darah di tubuh dibanding saat konsumsi gula aren.
"Gula aren punya indeks glikemik lebih rendah. Indeks glikemik ini artinya angka seberapa cepat kadar gula darah naik setelah makan makanan itu. Gula aren dikatakan indeks glikemik kategori rendah kira-kira 30-50. Artinya lebih baik ya karena lebih rendah," jelasnya.
Baca Juga:
Terkait Pengakuan Tom Lembong, Kejagung Bantah Penetapan Tersangka Tanpa Kerugian Negara
Akan tetapi, dokter Ida menekankan bahwa muatan kandungan manis di gula aren sama tingginya dengan jenis gula lain.
Meski tidak cepat menaikkan kadar gula darah, namun gula aren pun memiliki kandungan manis yang sama tingginya dengan roti putih, gula pasir, hingga gula batu. Terlebih, jenis gula batu juga memiliki kalori tinggi sehingga dampak kesehatan dari berbagai jenis gula pada dasarnya sama saja.
"Gula batu itu kristalisasi dari air gula artinya kandungan kalori lebih padat dari gula tadi. Jadi, dari penelitian dikatakan bahwa 100 gram gula batu kalori lebih besar dari gula pasir," ungkapnya.