“Hubungannya terletak pada apa yang diungkapkan oleh ukuran leher tentang distribusi lemak, terutama di tubuh bagian atas,” jelas Elbediwy.
Lemak di bagian tubuh atas cenderung melepaskan asam lemak ke aliran darah.
Baca Juga:
ISPA hingga Gangguan Lambung Melanda Pengungsi Banjir dan Longsor di Humbang Hasundutan
Hal itu bisa mengacaukan pengelolaan kolesterol, gula darah, hingga ritme jantung.
Dengan kata lain, lingkar leher menjadi proksi yang kuat untuk mendeteksi lemak visceral, yakni lemak berbahaya yang membungkus organ vital.
Bukti ilmiah pun semakin jelas.
Baca Juga:
Tak Perlu Diet Ketat, Ini Cara Turun BB Lewat Kebiasaan sebelum Tidur
Mereka yang memiliki leher tebal tercatat lebih rentan terhadap hipertensi, fibrilasi atrium, dan gagal jantung.
Fibrilasi atrium sendiri merupakan kondisi berbahaya karena membuat detak jantung tak teratur, memicu risiko pembekuan darah dan stroke, bahkan berpotensi berkembang menjadi gagal jantung.
“Lingkar leher juga berkorelasi dengan penyakit jantung koroner, di mana arteri utama ke jantung menyempit dan membatasi aliran darah yang kaya oksigen,” tambah Wehida.