"Kita ambil kebijakan konservatif meski belum 100 persen tahu yang mana yang berbahaya dan tidak... Kita larang untuk diresepkan dan dijual," imbuhnya.
Dalam konferensi pers tersebut, Budi mengatakan per hari itu total ada 241 pasien gagal ginjal akut yang terdata dari 22 provinsi, sebanyak 133 di antaranya telah meninggal dunia. Budi mengatakan mayoritas pasien penyakit yang masih belum diketahui penyebabnya ini berasal dari golongan anak-anak, dengan pasien paling banyak bayi di bawah lima tahun (balita).
Baca Juga:
Korban Gagal Ginjal Akibat Obat Sirop Diberi Santunan Kemensos, Muhadjir Serahkan Simbolis
Selain itu, Kemenkes juga merilis setidaknya sebanyak 14 rumah sakit rujukan dialisis anak untuk mendeteksi gangguan ginjal akut. Adapun rumah sakit tersebut memiliki sejumlah fasilitas, antara lain yakni ruangan intensif berupa High Care Unit (HCU) dan Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
Epidemilog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah mitigasi seperti melakukan pembatasan atau mencegah sementara konsumsi obat. Pembatasan itu tak hanya berlaku pada obat yang masuk dalam daftar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Menurutnya, konsumsi semua obat batuk dan pereda demam jenis sirop baik untuk anak maupun dewasa untuk sementara waktu dihentikan terlebih dulu sampai hasil investigasi keluar.
Baca Juga:
Korban Keracunan Obat Muncul Lagi, Epidemiolog: BPOM Harus Bertindak
"Karena dua ini termasuk semua obat-obat sirop yang dalam kategori obat batuk maupun penurun demam itu harusnya ada di masing masing pabrik, produsen yang tertinggal. Setiap batch itu dilakukan ujinya untuk menyangkut keselamatan masyarakat," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com, Kamis (20/10) malam.
Oleh karena itu, Dicky menyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB) menjadi penting sebagai payung regulasi untuk memperkuat respon, sehingga mempermudah pemerintah dalam melakukan koordinasi, mempermudah alur sistem pelaporan dan komunikasi.
"Ini yang harus dilakukan karena kalau tidak akan terus terjadi karena akses ini masih terjadi dan dimungkinkan apalagi di daerah pelosok," ujarnya.