WAHANANEWS.CO - Cara seseorang berbicara ternyata bisa menjadi alarm diam-diam tentang kondisi otaknya karena perubahan kecil dalam kecepatan bicara hingga jeda ucapan dapat mengindikasikan gangguan kognitif sejak dini.
Peneliti menyebut pola bicara mampu mencerminkan penurunan fungsi otak seperti Alzheimer yang merupakan penyakit degeneratif yang menurunkan memori, kemampuan berpikir, dan aktivitas harian akibat kerusakan sel saraf di otak.
Baca Juga:
Manfaat Air Lemon dan Kunyit untuk Cegah Pikun
Fenomena sulit mengingat atau menyebut kata tertentu, atau dikenal dengan lethologica, lebih sering dialami seiring pertambahan usia terutama setelah memasuki usia 60 tahun.
Dalam penelitian melibatkan 125 peserta berusia 18–90 tahun, masing-masing diminta menggambarkan adegan secara detail sambil melihat gambar benda sehari-hari dan mendengarkan audio yang dapat membantu atau mengganggu fokus seperti audio yang menyebut kata 'sapu' untuk membantu atau 'pel' untuk membingungkan.
Hasil riset menunjukkan peserta dengan kecepatan bicara alami lebih tinggi dapat menyelesaikan tugas berikutnya lebih cepat sehingga memperkuat processing speed theory yang menyatakan penurunan fungsi otak lebih berkaitan dengan melambatnya proses berpikir, bukan semata melemahnya memori.
Baca Juga:
Merangsang Perkembangan Otak Anak dengan 10 Metode Berbasis Sains
Psikolog Hsi T Wei mengatakan orang tua cenderung berbicara lebih lambat ketika menamai gambar, menjawab pertanyaan, atau membaca kata dan lebih sering jeda hening maupun jeda seperti 'uh' dan 'um'.
Penelitian menegaskan bahwa tanda penurunan fungsi otak tidak hanya terlihat dari isi ucapan tetapi juga seberapa cepat seseorang mengucapkannya.
Pada 2024, peneliti dari Stanford University menemukan jeda bicara lebih panjang dan tempo bicara lebih lambat berkaitan dengan kadar protein tau yang lebih tinggi sebagai salah satu penanda utama Alzheimer.