WAHANANEWS.CO, Jakarta - Seorang preman bernama Suhada kabur ke Gunung Putri, Kabupaten Bogor, setelah videonya meminta tunjangan hari raya (THR) ke sebuah perusahaan plastik di Bantargebang, Kota Bekasi, viral di media sosial, belakangan ini.
Kapolsek Bantargebang, Kompol Sukadi, mengatakan bahwa Suhada bersama tiga rekannya mendatangi perusahaan tersebut untuk meminta THR.
Baca Juga:
TNI Polri Diminta Tindak Tegas Ormas Bergaya Preman, Luhut: Presiden Perintahkan Itu!
Namun, mereka hanya diberikan Rp 20.000 oleh sekuriti perusahaan, yang membuat Suhada marah dan ingin bertemu langsung dengan pemilik pabrik.
Dalam rekaman yang beredar, Suhada terlihat mengancam akan menutup akses jalan jika permintaannya tidak dipenuhi. Ia bahkan mengaku sebagai "jagoan" yang menguasai wilayah Cikiwul.
Polisi kini tengah melacak keberadaan Suhada serta tiga rekannya. Jika terbukti melakukan pemerasan, mereka akan dijerat dengan hukum pidana.
Baca Juga:
Ormas Berperangai Preman Dinilai Hambat Investasi, Pemerintah Bakal Lakukan Ini
Awalnya, Suhada yang mengenakan rompi hitam dan kaus berwarna merah marun geram setelah sang sekuriti pabrik memberikannya uang THR Rp 20.000. Suhada yang tak puas dengan nominal pemberian sekuriti akhirnya memaksa ingin bertemu pemilik perusahaan.
"Gue enggak mau itu duit lu, gue mau pimpinan lu, sini," kata Suhada kepada sang sekuriti, dikutip dari Instagram @Infobekasi, Kamis (20/3/2025).
"Jangan gitu Pak, hargai saya, saya kerja di sini, Pak," ujar sekuriti.
"Kalau lu kerja di sini, sampaikan, ini amanah lho," kata Suhada.
"Sudah saya sampaikan, amanah, Pak," jawab sekuriti.
Tak puas dengan jawaban tersebut, Suhada kemudian mencoba mengintimidasi sekuriti dengan mengaku sebagai jagoan di Cikiwul.
Bahkan, ia megancam akan menutup akses jalan depan perusahaan apabila tak bisa bertemu dengan pemilik pabrik.
"Lu enggak menghargain gue, lu. Kalau lu pengen tahu, gue jagoan yang megang Cikiwul. Massa gue banyak di sini. Kalau gue tutup jalan depan, bisa bergerak?" ujar Suhada.
Kepada sang sekuriti, Suhada mengaku terpaksa "turun gunung" setelah anak buahnya berungkali gagal menemui pemilik perusahaan.
Namun, ketika turun langsung, dirinya merasakan nasib yang sama dengan anak buahnya, yakni sama-sama tidak dihargai oleh perusahaan.
"Gua selama ini enggak pernah turun, yang turun selama ini anak buah gua, sekarang gua turun pengin tahu bukti ternyata begini, enggak menghargai lingkungan. Di sini gue yang megang pabrik-pabrik semua," tegas Suhada.
Tak lama, Suhada memperlihatkan sebuah amplop putih yang berisi secarik kertas kepada sang sekuriti.
Selanjutnya, ia menunjukkan tulisan dalam isi kertas tersebut sembari mengklaim dirinya "turun gunung", yang disebutnya dalam rangka mati-matian membela negara.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]