Kimberly Hames-Evans, detektif lain, mengatakan temuan tiga TB data --setara dengan data 750.000 foto dan 750 DVD-- "sangat mengerikan".
"Ada video demi video pria-pria muda menerima kekerasan seksual dan diperkosa," kata dia.
Baca Juga:
Ganteng tapi Psikopat, Kejahatan Terapis Ini Akhirnya Terbongkar
Hames-Evans jugalah yang kemudian harus melakukan perjalanan "ke segala penjuru negeri, bahkan sampai ke luar negeri" untuk menemukan korban Reynhard dan memberitahu apa yang terjadi kepada mereka, meski ia tahu informasi ini bisa menghancurkan hidup mereka.
"Mereka terdiam dan Anda [bisa] melihat wajah mereka berubah, [mereka langsung] pucat. Ini reaksi yang sangat wajar. Seakan-akan mereka berkata 'ya Tuhan' di wajah mereka," ujarnya.
"Dan saya tahu, dengan memberikan informasi ini berarti saya telah menghancurkan hidup orang tersebut, dan saya bisa melihatnya," sambungnya.
Baca Juga:
Sepakati RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual, Presiden KAI Apresiasi DPR RI
Di Inggris, semua korban serangan atau kejahatan seksual memiliki hak anonimitas seumur hidup.
Namun Daniel, salah satu korban Reynhard yang muncul dalam dokumenter ini, memilih untuk berbicara di depan kamera untuk pertama kalinya.
Daniel juga menjawab satu pertanyaan kunci dalam dokumenter ini: Apakah dia berharap polisi tidak pernah datang mengetuk pintunya hari itu?