Berbeda dengan Connie, Pengamat Militer dan Pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berpendapat isu kerenggangan hubungan antara Panglima TNI dan KSAD yang terjadi akhir-akhir ini tidak akan berdampak begitu besar pada TNI.
Dengan syarat, keduanya tetap profesional dan menjalankan tupoksi masing-masing. Khairul juga tak mempersoalkan apabila benar terdapat masalah personal dari keduanya.
Baca Juga:
Marsda TNI Deni Hasoloan, Adik Jenderal Maruli Simanjuntak yang Kini Menjabat Pangkoopsud II
"Tapi ketidakselarasan itu harus ada batasnya, terutama kalau bicara TNI, loyalitas kepada negara dan konstitusi," ujar Khairul, Jumat (9/9).
Khairul menilai ketidakhadiran Dudung ketika Andika hadir dan sebaliknya sebetulnya masih dalam tahap wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. Absennya salah satu pejabat itu juga disertai alasan tugas.
Ia menyebut friksi-friksi dalam tubuh TNI bukan hal baru. Contohnya seperti pada era Jenderal Besar TNI (Purn) Sudirman dan Jenderal Besar TNI (Purn) Abdul Haris Nasution.
Baca Juga:
KSAD Maruli: Tak Ada 'Perang Bintang' dalam Pilgub Jateng 2024
"Ini masih normal menurut saya, yang sebelumnya bahkan saya kira lebih parah. Zaman Pak Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan mantan Panglima TNI Pak Gatot Nurmantyo. Rumor ketidakcocokan dan kabarnya sempat mengeras. Tapi toh masing-masing mereka bisa menyelesaikan tugas sampai akhir," katanya.
Berangkat dari situ, Khairul meyakini yang dibutuhkan masing-masing pihak adalah profesionalitas kerja.
"Mereka harus sama-sama profesional, mengedepankan profesionalitas," imbuhnya.